Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Features (Bahasa) Caritas India bantu warga yang secara mental terbebani lockdown

Caritas India bantu warga yang secara mental terbebani lockdown

Pegawai Caritas Shimray Mungreiphy mengaku terkejut setelah mengetahui dampak penguncian pada kesehatan mental orang-orang di India.

Mungreiphy telah bersama Caritas India selama 22 tahun. Dia adalah salah satu manajer operasi paling senior di lembaga tersebut. Sekarang, saat negara dengan 1,2 miliar penduduk negara itu berjuang melawan virus corona, dia memimpin sebuah tim ahli kesehatan mental menerima telepon dari warga melalui saluran bantuan.

Selama beberapa minggu terakhir, dia telah melakukan konsultasi lewat telepon dengan orang-orang yang gelisah yang merasa tidak pasti tentang masa depan mereka.




“Dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, kami menerima telepon dari berbagai macam kelompok usia dan mendengarkan keluh kesah mereka,” katanya.

“Melalui saluran bantuan ini kami pertama-tama mengetahui keadaan mental mereka dan kemudian kami mengevaluasi jenis konseling yang mereka butuhkan,” kata wanita berusia 43 tahun itu.

Kuncian yang sedang berlangsung, sekarang lebih dari sebulan, telah melumpuhkan kemampuan orang untuk mencari nafkah yang telah meningkatkan stres dan depresi, katanya.

Sekitar 140 juta orang telah kehilangan pekerjaan sejak penutupan, menurut Pusat Pengawasan Ekonomi India (CMIE). Prospek untuk rebound dengan cepat di pasar kerja pasca COVID-19 juga tampak tipis, kata CMIE.

Warga mengantri untuk membeli ayam, selama lockdown di kota Guwahati, Assam, India pada 12 April. (Foto shutterstock.com)
- Newsletter -

Upaya Mungreiphy menjadi bagian dari program Caritas India yang bertujuan untuk memberikan dukungan psiko-sosial kepada mereka yang membutuhkannya sejak pemerintah memberlakukan penguncian dalam skala nasional pada 2 Maret.

“Kami mendapat telepon dari pekerja migran yang terjebak di kota-kota dan tidak dapat pulang ke desa mereka,” kata Mungreiphy. Itu adalah salah satu contoh masalah yang dihadapi oleh mereka yang menelepon mereka.

“Ada orang-orang yang menjadi pencari nafkah tunggal dalam keluarga dan mengalami frustrasi karena kehilangan mata pencaharian,” tambahnya.

“Mereka takut akan apa yang ada di masa depan mereka dan secara perlahan mengembangkan gejala-gejala depresi.”

Dia mengatakan bahwa konseling membantu orang agar bisa melihat cahaya di ujung terowongan dan dengan itu mereka diharapkan akan “tetap optimis di tengah pandemi saat ini.”

Semua umur

Pastor Paul Moonjely, direktur eksekutif Caritas India, mengatakan bahwa semua kelompok umur telah menelepon melalui saluran bantuan, dan ingin berbicara dengan para pakar untuk mendapatkan dukungan psikososial.

Orang-orang itu menemukan bahwa mereka tidak memiliki cara lain untuk melampiaskan perasaan mereka, kata Pastor Paul.

“Kekerasan dalam rumah tangga sedang meningkat dan ada laporan beberapa orang melakukan bunuh diri,” katanya.

Jarak sosial tetap dipertahankan saat warga mengantri selama penutupan nasional untuk mengekang penyebaran virus corona di kota Guwahati, Assam, India pada 12 April. (Foto shutterstock.com)

Anam Qayium, yang merupakan bagian dari tim bantuan Caritas, mengatakan dia menerima telepon dari seorang gadis remaja yang depresi dan mengembangkan kecenderungan bunuh diri sejak kuncian dimulai. Gadis itu merasa dipenjara dan dikurung di rumahnya.

“Di sebagian besar India orang hanya menempati apartemen dengan satu atau dua kamar,” kata Qayium.

“Tidak ada taman, beranda, atau ruang rekreasi untuk bersantai. Situasi seperti saat ini benar-benar asing bagi mereka sampai sekarang, ” katanya. “Hidup terkurung secara alami akan membuat seseorang menjadi tertekan.”

Gadis itu menerima konseling profesional dan menjalani sesi lanjutan, yang menurut Qayium memberikan hasil positif.

“Ketika mereka menelpon kami, kami membiarkan mereka menyampaikan perasaan mereka tanpa diinterupsi,” kata Qayium.

“Ketika kami memastikan kerahasiaan kepada penelepon, mereka membuka masalah yang mereka hadapi seperti takut kehilangan pekerjaan, gagal membayar cicilan rumah, atau tidak bisa bertemu teman dan bersenang-senang,” katanya.

“Sebagian besar penelepon merasa rileks karena kami mengizinkan mereka untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi tanpa hambatan,” katanya.

Pastor Paul mengatakan bahwa sejauh ini lebih dari 32.000 panggilan telah dilakukan ke saluran bantuan. Panggilan-panggilan itu diterima oleh 174 organisasi mitra Caritas.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest