Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Pemulihan ekonomi Filipina, Indonesia diprediksi melambat hingga 2022

Pemulihan ekonomi Filipina, Indonesia diprediksi melambat hingga 2022

Para ekonom internasional memperkirakan bahwa Filipina dan Indonesia mungkin harus menunggu hingga 2022 agar ekonomi mereka pulih jika gelombang kedua pandemi virus corona menyerang.

“Mengingat jumlah infeksi harian yang masih tinggi di kedua negara … kami perkirakan kedua negara ini akan mengalami pemulihan yang tertunda dan kecil dengan ekonomi yang baru kembali terbentuk pada awal 2022,” kata Nicholas Mapa, ekonom senior ING Group.

ING Group adalah perusahaan perbankan multinasional dan jasa keuangan Belanda.




Mapa mengatakan sangat penting bagi pemerintah kedua negara ini “untuk membatasi penyebaran virus bahkan ketika ekonomi dibuka kembali,” dan menambahkan bahwa “gelombang kedua” dapat memaksa pemerintah untuk kembali pada langkah-langkah pentutupan.

“Kembalinya tindakan penguncian akan merusak prospek pertumbuhan, menghabiskan stimulus fiskal awal, dan menunda pemulihan selama tindakan penguncian diberlakukan,” kata Mapa.

Kedua negara menerapkan penguncian untuk meredam penyebaran virus corona pada semester pertama tahun ini.

Langkah-langkah tersebut menyebabkan kenaikan tingkat pengangguran di Filipina menjadi 17,7 persen atau setara dengan sekitar 7,3 juta orang Filipina yang menganggur.

- Newsletter -

Sedikitnya ada 6,88 juta orang Indonesia yang menganggur di bulan Februari menurut pihak berwenang yang mengklaim bahwa jumlah itu “tidak mencerminkan dampak” dari pandemi tersebut.

Pada kuartal pertama, Produk Domestik Bruto Filipina turun 0,2 persen karena penerapan penguncian pada bulan Maret, sementara Indonesia berhasil tumbuh sebesar tiga persen karena hanya memberlakukan penguncian pada bulan April.

“Kombinasi permintaan yang lemah, meningkatnya kehilangan pekerjaan, dan mandeknya sentimen konsumen kemungkinan akan bermanifestasi dalam penurunan PDB yang parah pada Indonesia dan Filipina,” kata Mapa.

Para pekerja bersepeda ke tempat kerja di ibukota Filipina karena pihak berwenang terus melarang sebagian besar angkutan umum karena protokol karantina yang ketat. (Foto oleh Jire Carreon)

Tindakan karantina memiliki dampak “substansial” pada konsumsi karena pembatasan mobilitas dan protokol tinggal di rumah.

Mapa mengatakan Indonesia dan Filipina “sangat bergantung pada pengeluaran rumah tangga,” dengan konsumsi menyumbang 55 persen dan 65 persen dari ekonomi masing-masing.

“Tindakan lockdown dengan demikian diperkirakan memiliki dampak signifikan pada prospek pertumbuhan,” katanya.

Ekonom memperingatkan bahwa untuk sisa tahun ini, diperkirakan PDB turun menjadi -2,9 persen untuk Filipina dan -1,9 persen untuk Indonesia di mana konsumsi cenderung terhenti dengan hanya sedikit pemulihan menjelang akhir tahun.

“Dia mengatakan sentimen konsumen kemungkinan akan terus terkikis dengan sentimen negatif aktivitas investasi.

Peso Filipina telah terapresiasi sebesar 2,25 persen dari 16 Maret hingga 1 Juni dan dianggap sebagai “mata uang berkinerja terbaik di wilayah ini” meskipun dalam masa penguncian.




Namun, sebelum bergerak untuk melonggarkan pembatasan penguncian, mata uang Filipina terdepresiasi 0,87 persen.

Mapa mengatakan peso Filipina diperkirakan akan menghadapi “tekanan depresiasi ringan” dalam beberapa bulan mendatang “karena permintaan riil untuk dolar meningkat pada persyaratan impor.

Rupiah Indonesia terapresiasi sebesar 8,7 persen dari 10 April hingga 1 Juni dengan bantuan Bank Indonesia yang menahan diri untuk tidak memotong suku bunga kebijakan pada pertemuan April dan Mei.

Pada bulan Juni, rupiah menguat sebesar 3,38 persen, di atas gelombang risiko dengan investor asing kembali ke pasar obligasi dan ekuitas.

Mapa mengatakan Rupiah diperkirakan akan memiliki “tren apresiasi ringan” selama beberapa bulan ke depan.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest