Satu kapal yang memuat pengungsi Rohingya yang ditemukan di perairan Malaysia minggu ini akan dideportasi kembali ke Bangladesh, kata seorang pejabat tinggi.
Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob, menteri senior untuk Keamanan dan Pertahanan, mengatakan kepada media pada 9 Juni bahwa para pengungsi “tidak boleh berasumsi mereka akan diterima di sini jika mereka lari ke sini.”
Media The Star mengutip Ismail Sabri mengatakan bahwa pemerintah Malaysia telah memutuskan untuk mendeportasi para pengungsi Rohingya yang ditemukan di pulau liburan Langkawi 8 Juni.
Pihak berwenang Malaysia menahan sekitar 270 pengungsi Rohingya dari kapal yang melarikan diri dari Bangladesh selatan pada bulan April tetapi tidak dapat berlabuh karena penguncian virus corona.
Ismail Sabri mengatakan kantor Urusan Luar Negeri Malaysia akan mengadakan pembicaraan dengan mitranya di Bangladesh agar para pengungsi dikirim kembali ke Cox’s Bazar atau ke pulau Bhasan Char.
Dia mengatakan bahwa negara itu juga berencana untuk mengadakan pembicaraan dengan Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi guna mengeksplorasi kemungkinan mengirim para pengungsi ke negara-negara yang merupakan penandatangan Konvensi AS terkait dengan Status Pengungsi.
“Beberapa negara ini mempertanyakan bagaimana kami menangani masalah ini, mengatakan bahwa kami tidak berperikemanusiaan,” kata Ismail Sabri, dan menambahkan bahwa Malaysia bukan penandatangan konvensi.
Pejabat itu menuduh para pengungsi “membuat lubang ke dalam kapal dan merusak mesin sebelum memasuki perairan kami” untuk memaksa negara itu menjemput mereka.
Penjaga pantai Malaysia melihat kapal yang membawa para pengungsi dari Pulau Langkawi dan berusaha untuk mendorong kapal kembali ke perairan internasional ketika 53 pengungsi melompat ke dalam air, lapor BBC.
“Kami harus menyelamatkan mereka karena kami tidak bisa membiarkan mereka tenggelam di depan mata kami,” kata Ismail Sabri.
Para pengungsi diberi makanan dan air dan dibawa ke Pulau Langkawi di mana mereka ditahan.

Pejabat itu juga mengumumkan bahwa Rumah Sakit Lapangan Angkatan Bersenjata Malaysia di Cox’s Bazar telah ditutup karena wabah corona.
Seluruh 56 personel tentara dan dokternya dipulangkan.
Para penyelundup telah secara ilegal membawa ribuan pengungsi Rohingya ke Malaysia selama beberapa tahun terakhir.
Akan tetapi negara itu telah menutup perbatasannya untuk para pengungsi dan menggunakan pandemi COVID-19 sebagai alasan.
Warga Rohingya adalah salah satu etnis minoritas yang paling teraniaya di Myanmar.
Pada Agustus 2017, ribuan orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh setelah pasukan keamanan Myanmar melancarkan serangan mematikan sebagai balasan atas serangan militan Rohingya.