Sebuah gereja rumah Protestan di kota Xiamen, Tiongkok bagian tenggara, kembali mendapat serangan setelah pihak berwenang menggerebeknya untuk kedua kalinya dalam dua bulan.
Radio Free Asia melaporkan bahwa pihak berwenang dan biro pejabat urusan agama memasuki gereja Xingguang yang dikelola secara pribadi pada 11 Juni, mengusir para jemaat, dan menggeledah tempat itu.
“Mereka merobohkannya, dan itu melanggar peraturan yang menyatakan bahwa pihak berwenang seharusnya memberi tahu para pemilik properti sebelumnya,” laporan itu mengutip seorang pendeta yang mengetahui serangan itu.
Pendeta itu mengatakan otoritas Tiongkok sebelumnya telah memberikan izin kepada gereja untuk memperluas properti itu pada bagian loteng.
“Setelah kami menerima pemberitahuan, kami mengajukan permohonan tinjauan administrasi, sebuah proses yang lambat, tetapi mereka tidak melakukannya,” katanya.
Serangan pertama terjadi pada 3 Mei ketika agen keamanan negara “datang menggedor pintu” dan menangkap serta menahan sembilan anggota gereja tanpa surat perintah.
Rekaman video yang diunggah di media sosial Tiongkok, menunjukkan bahwa beberapa orang terluka dalam serangan itu. Lihat video kejadian di bawah ini.
Anggota Gereja mengklaim bahwa mereka menjadi sasaran karena mereka menolak untuk bergabung dengan Three-Self Patriotic Association, sebuah badan yang disetujui oleh negara yang bertanggung jawab atas umat Kristen Protestan.
Pendeta itu mengatakan insiden itu “hanyalah gambaran sekilas dari keadaan di Tiongkok saat ini.”
Dia mengatakan apa yang terjadi sekarang “sangat mirip dengan rezim fasis, atau Revolusi Kebudayaan” selama era Mao Zedong pada 1960-an hingga 1970-an.
“Partai Komunis yang berkuasa setidaknya akan berpura-pura mengikuti prosedur yang benar sebelumnya, tetapi sekarang dia tidak sedang berpura-pura,” kata pendeta itu.
Penggerebekan itu adalah bagian dari tindakan keras secara nasional terhadap pengikut agama mengikuti sikap kepemimpinan komunis bahwa agama Kristen telah dimanfaatkan oleh “pasukan musuh barat” untuk “menyusup” ke negara itu.
Tiongkok adalah rumah bagi sekitar 68 juta orang Protestan, di antaranya 23 juta orang beribadah di gereja-gereja yang berafiliasi dengan negara, dan sekitar sembilan juta orang Katolik, 5,7 juta di antaranya berada dalam organisasi yang direstui negara.