Para uskup Katolik di Amerika Serikat meminta umat beriman minggu ini untuk berdoa bagi perdamaian menjelang peringatan 75 tahun pemboman nuklir di Hiroshima dan Nagasaki.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 13 Juli, Komite Keadilan dan Perdamaian Internasional para uskup juga memperbarui seruan mereka untuk “pelucutan senjata nuklir.”
Para uskup menekankan “konflik geopolitik yang sedang berlangsung dengan aktor-aktor negara dan non-negara, senjata yang semakin canggih, dan lunturnya kerangka kerja pengendalian senjata internasional.”
Selama kunjungannya ke Jepang pada November tahun lalu, Paus Fransiskus mengatakan “dunia yang damai, bebas dari senjata nuklir, adalah cita-cita jutaan pria dan wanita di manapun di dunia.”
Dia mengatakan tanggapan terhadap ancaman senjata nuklir harus dilakukan secara bersama-sama dan didukung oleh upaya keras dan konstan untuk membangun rasa saling percaya untuk mengatasi iklim ketidakpercayaan saat ini.
Para uskup Amerika Serikat menegaskan kembali seruan Bapa Suci akan “upaya baru untuk mewujudkan dunia yang damai dan adil yang tidak didasarkan pada ketakutan atau ancaman pemusnahan nuklir tetapi atas keadilan dan solidaritas manusia.”
“Ketakutan, ketidakpercayaan, dan konflik harus digantikan oleh komitmen kita bersama, dengan iman dan dalam doa, bahwa perdamaian dan keadilan berkuasa sekarang dan selamanya,” kata para uskup dalam pernyataan itu.
Pada 9 Agustus 1945, sebuah bom nuklir dijatuhkan di Nagasaki, tiga hari setelah bom lain dijatuhkan di Hiroshima.
Dalam ledakan di Nagasaki, sekitar 70.000 orang tewas seketika dan segera setelahnya, dan 75.000 lainnya pada akhir bulan.
Ketika bom itu dijatuhkan, 8.500 dari 12.000 umat Katolik di kota itu tewas seketika.
Sebuah salib dan patung Santa Perawan Maria yang rusak dalam serangan itu, baru-baru ini ditemukan di Katedral Nagasaki.
Paus Fransiskus mengatakan gambar-gambar ini “mengingatkan kita sekali lagi tentang kengerian yang tak terkatakan yang diderita oleh para korban pemboman dan keluarga mereka.”
Sejak St. Yohanes Paulus II mengunjungi Jepang pada tahun 1981, Gereja Katolik di Jepang telah merayakan Sepuluh Hari Doa untuk Perdamaian mulai 6 Agustus.