Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Features (Bahasa) Perlambatan ekonomi India akibat COVID-19 menghantam pekerja minoritas

Perlambatan ekonomi India akibat COVID-19 menghantam pekerja minoritas

Sejak kehilangan pekerjaannya sebagai buruh, Darshan Kumar, 29, menghabiskan sebagian besar waktu di rumahnya yang sederhana di negara bagian utara India, Uttar Pradesh.

Pabrik pembuat ubin asal New Delhi tempat ia mendapatkan bayaran 500 rupee (US$ 7) sehari ditutup pada 24 Maret ketika negara itu masuk ke dalam kuncian yang disebabkan COVID-19.

Kumar termasuk di antara jutaan pekerja migran yang, karena kekurangan pilihan transportasi, terpaksa berjalan kaki kembali ke desa asal mereka.




“Saya melihat banyak orang sekarat karena dehidrasi dan kelaparan dalam perjalanan ke desa. Butuh waktu tiga hari untuk sampai di sini dan sejak itu saya tidak mendapatkan apa-apa, ”kata Kumar, ayah dari tiga anak yang masih di bawah usia tujuh tahun.

Ketika ekonomi India terus dilanda krisis COVID-19, Kumar pesimis akan mendapatkan pekerjaan lain.

“Sebagai seorang Kristen, sangat sulit menemukan pekerjaan dengan upah harian di desa saya sendiri,” kata Kumar.

“Penduduk setempat didominasi oleh umat Hindu yang memandang Kristen dengan prasangka ekstrim. Kami tidak akan dibantu atau diberi pekerjaan. Inilah kenyataannya, ”katanya.

- Newsletter -

Sekitar 20 orang Kristen di desanya telah bersembunyi sejak insiden tahun 2017 ketika masa Hindu garis keras menerobos masuk ke sebuah rumah tempat Kumar, keluarganya, dan beberapa penganut Protestan lainnya sedang mengadakan kebaktian.

Kumar dan seorang pria lain dianiaya massa yang mengancam umat Kristen akan menanggung akibat yang mengerikan jika mereka mengadakan kebaktian lagi.

“Jika situasinya seperti ini, Anda hanya bisa membayangkan cobaan yang kami hadapi. Di kota-kota, tidak ada yang menanyakan agama, tetapi di sini, di desa-desa, segala sesuatu dikaitkan dengan agama. Inilah alasan saya tidak bekerja selama lima bulan terakhir, ”kata Kumar.

Kelas buruh India – yang terdiri dari Dalit, Kristen, dan kasta terpinggirkan lainnya – dihantam keras oleh penurunan ekonomi negara itu dan, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda akan membaik.

Seorang pria sedang beristirahat di depan toko buku yang tutup selama lockdown yang diberlakukan oleh negara sebagai tindakan pencegahan terhadap lonjakan kasus COVID-19 di Kolkata pada 31 Agustus (Foto oleh Dibyangshu Sarkar/AFP)

Kondisi ini menjadi buntut dari serangkaian keputusan buruk, termasuk penguncian mendadak yang diberlakukan di seluruh India.  

Diperkirakan bahwa lebih banyak pekerja akan menderita di mana industri konstruksi, pertambangan dan mobil  akan menjadi yang sangat terpengaruh oleh perlambatan tersebut. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa PDB India pada kuartal pertama tahun ini turun 23,9 persen.

Mathew Thomas, seorang ekonom yang berbasis di Mumbai, mengatakan kepada LiCAS.news bahwa krisis ekonomi akan paling parah melanda minoritas termasuk Muslim dan Kristen yang membentuk 14 dan 2,3 persen dari total populasi negara sebesar 1,2 miliar itu.

“Di tengah meningkatnya kebencian terhadap Muslim dan Kristen, sulit untuk berharap bahwa kedua komunitas ini tidak akan menderita,” kata Thomas.

Thomas mengutip data pemerintah tahun lalu yang menunjukkan bahwa penganggur beragama Kristen mencapai 6,9 persen di komunitas pedesaan, sedangkan 5,7 persen untuk Hindu dan 6,7 untuk Muslim.

“Intinya adalah bahwa sekitar 60 persen orang Kristen India berasal dari masyarakat Dalit dan suku yang miskin secara sosial dan ekonomi dan kebanyakan tinggal di desa-desa di India utara. Perlambatan ekonomi memang akan memukul mereka dengan keras, ”kata ekonom Katolik itu.

Upacara terakhir dilaksanakan ketika para sukarelawan dari kelompok Muslim dan Kristen menurunkan peti korban COVID-19 di sebuah pemakaman di Pune pada 7 September (Foto oleh Indranil Mukherjee/AFP)

Meskipun diberlakukan penguncian, virus terus menyebar di India dengan penghitungan nasional mencapai lebih dari 4,2 juta kasus. Virus itu telah menewaskan lebih dari 70.000 orang India.

Sunita Devi, seorang wanita Kristen Pantekosta yang memiliki toko menjahit di negara bagian Punjab, India, merasa sulit untuk bertahan hidup meskipun dia memiliki toko di lokasi utama di desanya. Sebagian besar penduduk desa menolak jasanya karena berbeda keyakinan.

“Alasan bahwa saya bukan Hindu membuat saya menderita kelaparan. Ada kampanye kotor yang diluncurkan terhadap saya setahun yang lalu di desa bahwa kami umat Kristen menerima dana asing untuk mengubah umat Hindu menjadi Kristen, ”kata Devi.

“Sejak itu, orang-orang memboikot saya, dan sulit untuk mendapatkan bahkan 2.000 rupee (US$ 300) sebulan,” katanya.




Suaminya yang dulu bekerja di sebuah pabrik penjilid kertas di negara bagian Haryana, India, telah kembali ke rumah karena penguncian membuatnya menganggur.

“Kami memiliki empat anak dan suami saya saat ini menganggur. Apa yang akan kami lakukan sekarang? ” tanya Sunita.

Michael Philip, seorang pengacara Katolik yang tinggal di Bangalore, mengatakan bahwa orang Kristen di India menghadapi diskriminasi ganda, yaitu penolakan dalam masyarakat dan diskriminasi dalam pekerjaan.

“Saya telah menggugat kasus-kasus di pengadilan yang terkait dengan orang Kristen miskin yang dikeluarkan dari pekerjaan mereka ketika majikan mereka mengetahui agama mereka,” kata Philip.

“Di sisi lain, tempat ibadah mereka menjadi sasaran massa tanpa mendapat hukuman. Pengangguran di negara ini akan akan melonjak ke tingkat yang tak terbayangkan. Dikhawatirkan orang Kristen yang miskin akan paling menderita,” kata Philip.
Kelompok hak asasi manusia melaporkan bahwa kondisi yang dihadapi oleh umat Kristen di India semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Kelompok pemantau Open Doors mengatakan bahwa India adalah negara paling berbahaya ke-10 di dunia bagi umat Kristiani, sementara laporan tahun 2019 oleh Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS menuduh pemerintah negara itu mendorong kekerasan terhadap umat Kristiani dan Muslim.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest