Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Seorang profesor di Pakistan dibunuh karena masalah agama

Seorang profesor di Pakistan dibunuh karena masalah agama

Seorang profesor dari agama minoritas di kota Peshawar,  Pakistan dilaporkan ditembak dan dibunuh pada 5 Oktober karena masalah agama.

Naeem Khattak, seorang anggota Ahmadiyah, ditembak mati saat dia kembali ke rumahnya setelah memberikan ceramah.

Para penyerang, Farooq Maad, dan seorang pria bersenjata yang tak dikenal, diidentifikasi sebagai pengikut Sunni.

Laporan polisi mengatakan Maad dan pria bersenjata lainnya menembaki Khattak, yang sedang mengendarai mobil ketika , sehari setelah mereka berdiskusi panas tentang masalah agama, lapor AP.




Kelompok-kelompok hak asasi berbasis agama telah berulang kali mengklaim bahwa komunitas Ahmadiyah di Pakistan telah didiskriminasi secara luas bahkan di “dalam Konstitusi, di lembaga-lembaga nasional, dan di masyarakat.”

Pada tahun 1974, pemerintah Pakistan menyatakan Ahmadiyah adalah non-Muslim. Sejak itu, Ahmadiyah menjadi sasaran ekstremis Islam bersama dengan agama minoritas lainnya.

Sebuah laporan yang dirilis oleh All-Party Parliamentary Group UK pada Juli 2020 mengungkapkan bahwa dari 1984 hingga Juli 2020, setidaknya 269 Muslim Ahmadiyah telah dibunuh “atas dasar keyakinan [mereka].”

- Newsletter -

Pada tahun 1984, parlemen Pakistan memperkenalkan peraturan yang melarang Ahmadiyah menyebut diri mereka Muslim dan menjadikannya sebagai pelanggaran pidana dan dapat dihukum.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok Christian Solidarity Worldwide mengatakan hukum Pakistan yang melarang agama minoritas “telah sangat mempengaruhi” hak-hak ekonomi, sosial, dan politik kelompok Ahmadiyah.

Kelompok itu mengatakan bahwa kebijakan ini telah mengekspos minoritas agama pada “pelecehan yang terus-menerus dan sistematis, dan target serangan kekerasan atas keyakinan dan identitas mereka.”

Organisasi hak asasi manusia itu mengatakan bahkan anak-anak pengikut Ahmadiyah menghadapi kesulitan dan diskriminasi di sekolah.

“Kekerasan mempengaruhi setiap aspek kehidupan mereka termasuk pengrusakan makam mereka dan penghancuran masjid,” bunyi pernyataan CSW.

Mervyn Thomas, presiden CSW, mengatakan penderitaan komunitas Ahmadiyah dan seruan mereka untuk intervensi “terus-menerus diabaikan oleh pihak berwenang Pakistan.”

Thomas mengatakan keadilan masih sulit dipahami bagi anggota komunitas Ahmadiyah yang terbunuh, menambahkan bahwa “pelaku tidak dibawa ke pengadilan” karena kelambanan pemerintah.

“Retorika kebencian dari pejabat pemerintah dan kelompok Islam radikal hanya mendorong massa untuk bertindak tanpa hukuman,” kata Thomas.

Ia mendesak pemerintah Pakistan “untuk mencabut pasal dalam konstitusi yang membuat Jemaat Ahmadiyah ilegal.”

Ia juga meminta pihak berwenang untuk melakukan tugas mereka dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas tindakan kekerasan terhadap Ahmadiyah dan agama minoritas lainnya.

Michelle Chaudhry, presiden The Cecil and Iris Foundation, mengatakan bahwa saat dunia merayakan Hari Guru Sedunia pada 5 Oktober, di Pakistan malah membunuh seorang profesor penganut Ahmadiyah karena cara pribadi yang mereka pilih untuk menyembah Tuhan.

“Pemerintah harus memenuhi tanggung jawabnya untuk melindungi setiap warga negara Pakistan terlepas dari keyakinan mereka dan ini dengan jelas dinyatakan dalam Konstitusi,” kata Chaudry dalam sebuah pernyataan.

Dia mengatakan serangan dan pembunuhan agama minoritas di Pakistan “harus dilawan dengan cara sekuat mungkin.”

Muslim mencakup 96 persen dari total populasi Pakistan.

Menurut World Watch List 2020 oleh Open Doors USA,  Pakistan berada di urutan kelima negara terburuk di dunia dalam hal penganiayaan agama.

Pada tahun 2018, Departemen Luar Negeri AS menyebut Pakistan sebagai “negara dengan perhatian khusus” atas pelanggaran kebebasan beragama.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest