Perubahan yang disebabkan oleh krisis kesehatan global membuat Keuskupan Hong Kong memfokuskan karya pastoralnya di tahun mendatang pada “pembaruan paroki”.
Kardinal John Tong Hon mengatakan keputusan itu diambil sehubungan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat dan Gereja, terutama selama pandemi.
Dalam “Surat Pastoral untuk Adven,” kardinal menekankan perlunya “pembaruan paroki” untuk menjawab tuntutan zaman dan untuk lebih efektif memenuhi misi Gereja.
“Pandemi global telah dengan jelas menunjukkan kepada kita tanda-tanda zaman,” tulis kardinal.
“Budaya digital telah mengubah konsep ruang dan juga bahasa serta perilaku masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda,” ujarnya.
Prelatus itu mengakui bahwa perubahan masyarakat berdampak pada Gereja.
Akibat pandemi “paroki-paroki tidak lagi terbatas pada ruang geografis, tetapi telah menjadi lingkungan untuk menjalin hubungan baik, melalui pelayanan bersama dan upacara liturgi di antara masyarakat setempat”.
Kardinal Tong mengatakan bahwa daripada “mengenang masa lalu dan menunggu pemulihan kehidupan paroki ke masa lampau,” lebih baik menghadapi tantangan dengan bergerak maju tanpa gentar dan mengidentifikasi kemungkinan mode baru keberadaan paroki.
Ia mengatakan dokumen tentang “pertobatan pastoral paroki,” yang dirilis pada bulan Juli oleh Kongregasi Klerus Vatikan, telah menunjukkan jalan dalam proses pembaruan.
Dalam surat pastoralnya, prelatus Hong Kong itu mengatakan bahwa paroki tidak setara dengan bangunan atau organisasi.
“Paroki lebih merupakan komunitas yang terdiri dari berbagai komunitas yang berbeda, sebuah lingkungan untuk mendengarkan firman Tuhan, untuk pertumbuhan dalam kehidupan Kristen, untuk dialog, pewartaan, perbuatan amal, doa dan perayaan’,” katanya, mengutip seruan apostolik “ Evangeli Gaudium. “
Kardinal Tong mengatakan paroki harus menjadi tempat berkumpulnya umat dan berusaha untuk mempromosikan dan membina hubungan interpersonal jangka panjang, dengan demikian memelihara rasa memiliki dan saling menerima.”
Ia mengatakan paroki harus menjadi “tempat yang berorientasi pada manusia, mendorong dialog, solidaritas dan keterbukaan untuk semua.”
“Jika paroki berhasil mengakar kuat di dalam hati kehidupan sehari-hari komunitas, dia akan menjadi tempat untuk mengatasi kesepian, dan akan memengaruhi kehidupan banyak orang,” tulis Kardinal Tong.
Ia mendesak para imam di keuskupan Hong Kong dan anggota dewan paroki untuk merencanakan arahan pastoral mereka dalam tiga tahun ke depan dengan merangkul “semangat tanggung jawab bersama.”
Prelatus itu meminta umat beriman untuk melakukan segala upaya agar paroki mengakar dalam dalam kehidupan sehari-hari mereka “melalui saling perhatian dan peduli satu sama lain”.