Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Paus Fransiskus ingatkan agar tidak mengubah krisis menjadi konflik

Paus Fransiskus ingatkan agar tidak mengubah krisis menjadi konflik

Paus Fransiskus dalam pertemuan baru-baru ini mengingatkan agar siapapun tidak mengubah krisis, terutama selama pandemi virus corona, menjadi konflik yang dapat menciptakan perselisihan dan permusuhan.

Berbicara di hadapan Kuria Roma pada 21 Desember, paus mengatakan bahwa krisis “bisa terbukti bermanfaat bagi kita semua” jika digunakan sebagai kesempatan untuk pertobatan.

Ia menggambarkan pandemi sebagai “masa pencobaan dan ujian, tetapi juga merupakan peluang besar untuk pertobatan dan pembaruan diri.”




“Refleksi atas krisis ini mengingatkan kita agar tidak tergesa-gesa menghakimi Gereja berdasarkan krisis yang disebabkan oleh skandal masa lalu dan sekarang,” katanya kepada Curia, yang terdiri dari lembaga-lembaga administratif Takhta Suci.

Paus mengatakan bahwa dalam lembaga utama yang melaluinya urusan Gereja Katolik dilaksanakan, ada banyak orang yang dengan “pekerjaannya yang bijaksana, sederhana, setia, jujur, dan profesional,” menjadi saksi hidup atas fakta bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatnya.

“Satu-satunya perbedaan adalah semua masalah akhirnya muncul di koran, sementara tanda-tanda harapan baru diberitakan kemudian, itupun jika ada,” katanya.

“Karena itu, kita harus menemukan kembali keberanian dan kerendahan hati untuk mengakui bahwa masa krisis adalah masa Roh, yang harus dilihat dalam terang Injil,” kata Paus Fransiskus.

- Newsletter -

“Saya meminta Anda untuk tidak mengacaukan krisis dengan konflik,” kata paus.

“Krisis umumnya memiliki hasil yang positif, sedangkan konflik selalu menimbulkan perselisihan dan persaingan, suatu antagonisme yang tampaknya tidak dapat didamaikan, yang memisahkan orang menjadi teman yang harus dikasishi dan musuh untuk dilawan,” katanya.

Paus Fransiskus mengatakan konflik selalu mencoba menemukan pihak yang salah untuk dicemooh dan distigmatisasi, dan pihak yang benar untuk dibela “sebagai cara untuk mendorong perasaan (sering kali ajaib) bahwa situasi tertentu tidak ada hubungannya dengan kita.”

Paus mengingatkan sikap elitis dan ‘klik’ yang mempromosikan pola pikir sempit dan parsial yang melemahkan universalitas misi kita.

Paus mengatakan bahwa ketika Gereja dilihat dari segi konflik – kanan versus kiri, progresif versus tradisionalis – dia menjadi terfragmentasi dan terpolarisasi, yang mendistorsi dan mengkhianati sifat aslinya.

Paus Fransiskus mengatakan Gereja adalah “tubuh yang terus mengalami krisis, justru karena dia hidup.”

“Dia tidak boleh menjadi tubuh yang penuh konflik, antara pemenang dan pecundang, karena dengan cara ini dia akan menyebarkan ketakutan, menjadi lebih kaku dan kurang sinodal, serta memaksakan keseragaman yang jauh dari kekayaan dan pluralitas yang telah diberikan Roh kepada Gereja-Nya,” kata paus.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest