Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Kesederhanaan, kemanusiaan Natal menjadi penangkal pesimisme, kata paus

Kesederhanaan, kemanusiaan Natal menjadi penangkal pesimisme, kata paus

Paus Fransiskus mengingatkan umat Katolik agar tidak menjadikan perayaan kelahiran Yesus sebagai peristiwa sentimental atau konsumeris.

Ia mengatakan perayaan Natal seharusnya kaya akan iman, meskipun momen kelahiran Yesus telah menjadi pesta universal.

“Natal telah menjadi pesta universal, bahkan yang tidak percaya pun merasakan daya tarik dari perayaan ini,” katanya.




Akan tetapi paus mengatakan orang Kristen tahu bahwa Natal adalah “peristiwa yang menentukan, api kekal yang telah dinyalakan Tuhan di dunia, dan tidak boleh disamakan dengan hal-hal yang fana.”

“Peristiwa ini tidak boleh direduksi menjadi festival sentimental atau konsumeris semata,” kata Paus Fransiskus.

Minggu lalu, paus menyoroti konsumerisme, yang disebutnya telah “membajak” Natal.

“Natal tidak boleh direduksi menjadi pesta sentimental atau konsumeris, penuh dengan hadiah dan ucapan selamat, tetapi miskin dalam iman Kristen, dan juga miskin dalam kemanusiaan,” katanya.

“Perlu untuk mengekang mentalitas duniawi tertentu, yang tidak mampu menangkap inti pijaran iman kita, yakni ‘Sabda telah menjadi daging dan tinggal di antara kita, penuh kasih karunia dan kebenaran. Kita telah melihat kemuliaan-Nya, kemuliaan sebagai satu-satunya Putra dari Bapa. ‘”

- Newsletter -

“Inilah inti Natal, kebenaran Natal, tidak ada yang lain,” kata Paus.

“Natal mengajarkan kita bahwa Tuhan tidak memandang rendah manusia dan berlalu begitu saja, tetapi Dia bahkan sepenuhnya mengambil sifat kita dan kondisi manusiawi kita, kecuali dosa,” kata Paus Fransiskus.

Paus mengatakan kelahiran Yesus “memberi makna pada keberadaan manusia dan seluruh sejarah dan dapat menghilangkan pesimisme yang ditimbulkan oleh pandemi.”

Paus Fransiskus, didampingi Monsignor Leonardo Sapienza (kiri) dan Monsignor Luis Maria Rodrigo Ewart (kanan), menghadiri audiensi untuk menyampaikan pesan Natal kepada karyawan Vatikan, pada 21 Desember di aula Paul-VI Vatikan. (Foto oleh Vincenzo Pinto/AFP)

Drama sejarah

Dalam katekese pada audiensi umum mingguan dua hari sebelum Natal paus mengajak umat beriman untuk merenungkan “drama sejarah, di mana pria dan wanita, yang terluka oleh dosa, tanpa henti mencari kebenaran, belas kasihan dan penebusan.”

Paus menekankan “kebaikan Tuhan, yang telah datang kepada kita untuk mengkomunikasikan kepada kita Kebenaran yang menyelamatkan dan membuat kita ambil bagian dalam persahabatan-Nya dan hidup-Nya, yang merupakan anugerah murni, bukan karena hasil usaha kita.”

Kesederhanaan dan kemanusiaan Natal, kata Paus, dapat menghilangkan pesimisme yang telah menyebar dalam hati dan pikiran kita, terutama selama pandemi.

“Saat kita menemukan kembali dan menjadi sadar bahwa Anak yang rendah hati dan miskin, tersembunyi dan tidak berdaya, adalah Tuhan sendiri, yang menjadi manusia untuk kita, kita tidak dapat membiarkan diri kita dibebani oleh kekalahan, kegagalan dan rasa keresahan,” katanya.

Ia mengatakan bahwa kelahiran Yesus menunjukkan kepada kita bahwa “Tuhan tidak memandang kita rendah, tidak melewati kita begitu saja, tidak jijik oleh kesengsaraan kita, tidak menampilkan diri-Nya secara dangkal dalam tubuh, melainkan Dia sepenuhnya mengambil sifat kita dan kondisi manusiawi kita.”
“Dia tidak meninggalkan apapun kecuali dosa. Seluruh kemanusiaan kita ada di dalam Dia. Dia mengambil semua yang kita miliki, apa adanya, ”katanya.

Paus Fransiskus kemudian meminta umat Kristiani untuk mempersiapkan Natal dengan bermeditasi dalam keheningan di depan palungan Natal dan mengagumi cara “luar biasa” Tuhan datang ke dunia.




Paus menyentil pertemuan beberapa ilmuwan yang berbicara tentang banyak hal yang dapat dilakukan robot untuk manusia. Ketika ditanya tentang sesuatu yang robot tidak akan pernah bisa lakukan, mereka mengatakan beberapa hal, namun intinya bahwa robot tidak pernah bisa memberikan kelembutan.

“Inilah yang Tuhan bawa kepada kita hari ini, dan ini membangkitkan dalam diri kita kelembutan manusia yang dekat dengan kelembutan Tuhan,” katanya.

“Hari ini kita sangat membutuhkan kelembutan dan belaian manusia dalam menghadapi begitu banyak kesengsaraan. Jika pandemi memaksa kita untuk semakin jauh, Yesus, di dalam ranjang bayi, menunjukkan kepada kita cara kelembutan untuk dekat satu sama lain, untuk menjadi manusia, ”kata Paus.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest