Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Paus Fransiskus tekankan relevansi pesan perdamaian Martin Luther King saat ini

Paus Fransiskus tekankan relevansi pesan perdamaian Martin Luther King saat ini

Paus Fransiskus mengatakan bahwa pesan perdamaian Martin Luther King Jr tetap relevan bagi dunia yang saat ini terus menerus  menghadapi tantangan ketidakadilan sosial, perpecahan, dan konflik.

“Impian Dr. King akan harmoni dan kesetaraan bagi semua orang, yang dicapai melalui cara-cara tanpa kekerasan dan damai, selalu sesuai dengan jaman,” kata Paus Fransiskus pada 18 Januari, Hari Martin Luther King Jr.

Dalam pesan yang disampaikan kepada putri King, Bernice A. King, paus mengatakan bahwa sangat penting untuk melihat orang-orang “dalam kebenaran tentang martabat bersama kita sebagai anak-anak Tuhan.”




“Hanya dengan berjuang setiap hari untuk mewujudkan visi ini, kita dapat bekerja sama untuk menciptakan komunitas yang dibangun di atas keadilan dan cinta persaudaraan,” katanya.

Mengutip ensiklik Fratelli tutti tahun 2020, Paus Fransiskus mengatakan bahwa masing-masing dari kita dipanggil untuk menjadi seniman perdamaian dengan mempersatukan dan bukan memecah belah, memadamkan kebencian dan bukan mempertahankannya, serta membuka jalan dialog.

“Dengan cara ini, kita akan dapat melihat diri kita sendiri, bukan sebagai orang asing, tetapi sebagai tetangga, dalam kebenaran martabat kita bersama sebagai anak-anak Tuhan Yang Mahakuasa,” kata paus.

Bernice King mengatakan kepada Vatican News pada Juni 2020 bahwa dia merasakan harmoni yang kuat antara ayahnya dan Paus Fransiskus, yang ditemuinya dua kali pada 2018.

Ia mengatakan bahwa jika Martin Luther King Jr. masih hidup hari ini, dia “akan dibimbing oleh filosofi non-kekerasannya, yang sesuai dengan pengikut Yesus Kristus.”

- Newsletter -

“Dia akan berbagi, seperti yang sering dilakukannya selama masih hidup, bahwa kita tidak dapat menyembuhkan kekerasan dengan kekerasan, yang disebutnya spiral yang menurun,” katanya.

Pendeta AS dan pemimpin hak-hak sipil Martin Luther King Jr. difoto pada tanggal 29 Maret 1966. (Foto AFP)

King lahir di Atlanta, Georgia pada 15 Januari 1929, dan mengabdikan hidupnya untuk mengejar kesetaraan ras. Dia memelopori beberapa demonstrasi yang akan selalu dikenang di Amerika atas nama keadilan rasial.

Selama aksi bersejarah Pawai Washington pada Agustus 1963 di Washington, dia menyampaikan pidato “I Have a Dream” -yang terkenal hingga sekarang-  kepada sekitar 250.000 orang.

Pada tahun 1964, pada usia 35 tahun, ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian, menjadikannya orang termuda dalam sejarah yang menerima penghargaan tersebut.

Impian King tentang kesetaraan ras menginspirasi anak-anak, remaja, dan dewasa untuk bergabung dengan gerakannya, di mana banyak dari mereka menghadiri pertemuan, pawai, dan demonstrasi sejak usia dini.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest