Paus Fransiskus meminta Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk menjadi pembawa perdamaian dan rekonsiliasi bagi negaranya dan dunia pada hari pelantikannya.
“Saat krisis besar yang dihadapi keluarga manusia membutuhkan tanggapan yang berpandangan jauh ke depan dan bersatu, saya berdoa agar keputusan Anda akan dipandu oleh kepedulian untuk membangun masyarakat yang ditandai dengan keadilan dan kebebasan yang otentik,” kata Paus Fransiskus.
Biden yang adalah seorang Katolik dilantik sebagai presiden ke-46 Amerika Serikat di luar Gedung Capitol AS di Washington, DC pada 20 Januari.
Dalam pesannya, Paus Fransiskus berharap agar presiden AS yang baru akan menghormati “hak dan martabat setiap orang, terutama yang miskin, yang rentan dan mereka yang tidak memiliki suara.”
Bapa Suci berharap bahwa di bawah kepemimpinan Biden, rakyat Amerika akan mendapatkan kekuatan dari “nilai-nilai politik, etika, dan agama yang luhur yang telah menginspirasi bangsa sejak didirikan.”
Dalam sebuah pernyataan, Konferensi Waligereja Katolik Amerika Serikat mengatakan mereka berencana untuk melibatkan pemerintah baru dalam berbagai masalah termasuk aborsi, kebebasan beragama, rasisme, dan kemiskinan.
Pernyataan itu dilaporkan ditunda sebelumnya setelah beberapa uskup menyatakan keprihatinan mereka tentang bagaimana beberapa masalah seperti aborsi, gender, dan kebebasan beragama diartikulasikan.
Meskipun beragama Katolik, Biden menjadi pendukung hak aborsi dan pendukung kebijakan pro-LGBT, yang telah membuat prihatin banyak umat Katolik di Amerika Serikat. Hampir satu juta aborsi dilakukan setiap tahun di AS.
Biden dilantik menjadi presiden pada saat negara itu -tertinggi dalam kasus virus corona- terus memerangi krisis tersebut.
Menutup pesannya kepada presiden baru, Paus Fransiskus berdoa agar upaya yang akan dilakukan Biden “menumbuhkan pemahaman, rekonsiliasi, dan perdamaian di Amerika Serikat dan di antara negara-negara di dunia untuk memajukan kebaikan bersama secara universal.”
“Dengan perasaan ini, saya dengan sepenuh hati memohon berkat berlimpah bagi Anda dan keluarga Anda serta orang-orang Amerika yang terkasih,” kata paus.
Dalam pidato pengukuhannya, Biden mengatakan bahwa “untuk memulihkan jiwa dan mengamankan masa depan Amerika membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata.”
Ia mengutip Santo Agustinus untuk menggarisbawahi perlunya persatuan dalam kebenaran.
“Berabad-abad yang lalu, Santo Agustinus, seorang suci di gereja saya, menulis bahwa suatu masyarakat adalah kumpulan banyak orang yang ditentukan oleh tujuan cinta mereka yang sama,” katanya.
“Tujuan umum” yang mendefinisikan orang Amerika, kata Biden, adalah “kesempatan, keamanan, kebebasan, martabat, rasa hormat, kehormatan, dan, ya, kebenaran.”
Ia menambahkan bahwa “kita masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai warga negara, sebagai orang Amerika, dan terutama sebagai pemimpin, pemimpin yang telah berjanji untuk menghormati Konstitusi kita dan melindungi bangsa kita, untuk membela kebenaran dan mengalahkan kebohongan.”
Dalam pidatonya, Biden juga menekankan perlunya “mengesampingkan politik dan akhirnya menghadapi pandemi ini sebagai satu bangsa”.
Ia mengutip Mazmur 30 yang mengingatkan mereka yang meratap sepanjang, bahwa sukacita datang di pagi hari.
“Kita akan melalui ini bersama-sama. Bersama-sama,” katanya.