Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Seorang uskup agung di India meninggal akibat COVID-19

Seorang uskup agung di India meninggal akibat COVID-19

Archbishop Emeritus Antony Anandarayar of Pondicherry-Cuddalore died of COVID-19 on Tuesday, May 4. He was 76.

Seorang pemimpin Gereja Katolik di India meninggal akibat COVID-19 pada hari yang sama ketika jumlah kematian yang  tinggi dengan rekor kematian 3.780 orang dalam satu hari.

Uskup Agung Emeritus Antony Anandarayar dari Keuskupan Agung Pondicherry-Cuddalore meninggal karena COVID-19 pada hari Selasa, 4 Mei. Dia berusia 76 tahun.

Prelatus itu dimakamkan pada 5 Mei di Katedral Dikandung Tanpa Noda di Pondicherry.

“Dia dirawat di rumah sakit untuk penanganan COVID-19 dan kondisi kesehatannya memburuk pada Selasa pagi karena tingkat saturasi oksigen menurun,” bunyi pernyataan dari waligereja India.




Uskup Agung Anandarayar lahir pada tanggal 18 Juli 1945 di Varadarajanpet di Keuskupan Kumbakonam. Ia masuk Seminari Menengah St. Agnes di Cuddalore dan belajar filsafat dan teologi di Seminari Kepausan St. Petrus di Bangalore.

Ia ditahbiskan menjadi imam pada 21 Desember 1971, dan melayani di Sekolah Menengah St. Yosep di Cuddalore dari 1972 hingga 1976.

Para 12 Januari 1997 iia diangkat menjadi uskup keuskupan Ootacamund dan diangkat sebagai Uskup Agung Metropolitan Pondicherry-Cuddalore pada 10 Juni 2004.

Paus Fransiskus menerima pengunduran dirinya dari pelayanan sebagai uskup aktif pada 27 Januari tahun ini. Ia menjadi imam selama 50 tahun dan 24 tahun dari itu sebagai uskup.

Uskup Agung Emeritus Antony Anandarayar dari Keuskupan Agung Pondicherry-Cuddalore
- Newsletter -

Jumlah infeksi harian terus meroketJumlah infeksi COVID-19 harian di India naik 382.315 pada hari Rabu, menurut Kementerian Kesehatan.
Lonjakan virus corona di negara itu sangat luar biasa dan menyebabkan rumah sakit kehabisan tempat tidur dan oksigen serta membuat kamar jenazah dan krematorium tidak lagi bisa menampung.

Banyak orang meninggal dalam ambulans dan tempat parkir mobil saat menunggu tempat tidur atau oksigen.

Dua kereta “oksigen ekspres” tiba di ibu kota Delhi pada hari Rabu membawa oksigen cair yang sangat dibutuhkan, kata Menteri Kereta Api Piyush Goyal di Twitter.

Sejauh ini lebih dari 25 kereta telah mengirimkan oksigen ke berbagai bagian India.

Pemerintah India mengatakan ada cukup pasokan oksigen tetapi distribusi oksigen terkendala masalah transportasi.

Lonjakan jumlah infeksi di India terjadi bersamaan dengan penurunan drastis dalam vaksinasi karena masalah pasokan dan pengiriman.

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah banyak dikritik karena tidak bertindak lebih cepat untuk menekan gelombang kedua virus itu.

Festival keagamaan dan demonstrasi politik yang menarik puluhan ribu orang dibiarkan dan menyebabkan penyebaran yang besar.

India memiliki sekitar 3,45 juta kasus aktif, tetapi para ahli medis mengatakan jumlah kematian sebenarnya dan yang terinfeksi bisa lima hingga 10 kali lebih tinggi.

Dalam empat bulan terakhir, negara itu menambahkan 10 juta kasus, sementara sebelumnya butuh lebih dari 10 bulan untuk mencapai 10 juta pertama.

Tes harian di India telah menurun tajam menjadi 1,5 juta, kata Dewan Riset Medis India pada hari Rabu, 5 Mei. Jumlah tertinggi dilakukan pada hari Sabtu lalu yang mencapai 1,95 juta.

Pakar kesehatan masyarakat percaya India tidak akan mencapai kekebalan komunitas (herd immunity) dalam waktu dekat tetapi mengatakan rawat inap dan kematian akan berkurang secara signifikan dalam enam hingga sembilan bulan, menurut laporan di The Economic Times. -Laporan tambahan dari Reuters

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest