Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Nyawa ibu hamil di seluruh dunia terancam akibat kekurangan bidan

Nyawa ibu hamil di seluruh dunia terancam akibat kekurangan bidan

The report said the acute shortage of midwives is "exacting a terrible global toll in the form of preventable deaths"

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diterbitkan pekan ini mengungkapkan bahwa kehidupan perempuan hamil dan bayi mereka dalam bahaya karena dunia mengalami kekurangan bidan.

Laporan itu mengatakan dunia saat ini menghadapi kekurangan 900.000 bidan, yang mewakili sepertiga dari angkatan kerja kebidanan yang dibutuhkan di seluruh dunia.

Krisis COVID-19 disebut telah memperburuk masalah ini, karena para bidan dikerahkan pada layanan kesehatan lainnya dan menjadi masalah bagi wanita dan bayi baru lahir.




“Laporan tersebut menjadi peringatan bahwa saat ini dunia sangat membutuhkan 1,1 juta lebih banyak petugas kesehatan untuk memberikan perawatan kesehatan seksual, reproduksi, ibu, bayi baru lahir dan remaja,” kata Dr. Natalia Kanem, direktur eksekutif Dana Kependudukan PBB.

Ia mengatakan bidan yang cakap dan terlatih dapat memberikan dampak yang sangat besar pada wanita yang melahirkan dan keluarganya, dan dampaknya sering diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Laporan Situasi Kebidanan Dunia 2021 yang dirilis oleh Dana Kependudukan PBB, WHO dan  Konfederasi Bidan Internasional, mengevaluasi angkatan kerja kebidanan dan sumber daya kesehatan terkait di 194 negara.

Menurut laporan itu kekurangan bidan yang akut “menimbulkan korban global yang mengerikan dalam bentuk kematian yang dapat dicegah”.

Laporan itu mengatakan perawatan yang diberikan bidan dengan “sumber daya penuh” pada tahun 2035 dapat mencegah 67 persen kematian ibu, 64 persen kematian bayi baru lahir, dan 65 persen kematian dalam kandungan. Itu bisa menyelamatkan sekitar 4,3 juta nyawa per tahun.

- Newsletter -

Disebutkan juga bahwa dengan tingkat kemajuan saat ini, situasinya hanya akan sedikit membaik pada tahun 2030.

Laporan itu mengatakan bahwa ketidaksetaraan gender adalah pendorong yang tidak diakui dalam kekurangan bidan yang besar. Wanita menyumbang 93 persen bidan dan 89 persen perawat.

“Kurangnya sumber tenaga kerja kebidanan merupakan gejala sistem kesehatan yang tidak memprioritaskan kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan dan gadis remaja,” kata laporan itu.

“Sebagai penyedia perawatan primer yang otonom, bidan terus menerus diabaikan,” kata Dr. Franka Cadée, presiden Konfederasi Bidan Internasional.

Ia mengatakan sudah waktunya bagi pemerintah “untuk mengakui bukti seputar dampak perawatan yang dipimpin para bidan yang meningkatkan kehidupan dan menyelamatkan nyawa”.

Laporan itu menjelaskan bahwa bidan tidak hanya menangani persalinan tetapi juga memberikan perawatan sebelum dan sesudah kelahiran (antenatal dan postnatal) dan berbagai layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana, mendeteksi dan mengobati penyakit menular seksual, dan layanan kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja.

Peluncuran laporan Situasi Kebidanan Dunia 2021 mencakup rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan pemberian layanan kesehatan seksual, reproduksi, ibu, bayi baru lahir dan remaja, serta kepemimpinan dan tata kelola kebidanan.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest