Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Pegiat HAM kecam konversi paksa seorang remaja Kristen di Pakistan

Pegiat HAM kecam konversi paksa seorang remaja Kristen di Pakistan

Konversi paksa anak perempuan adalah "contoh paling mengerikan dari perbudakan modern dan pelecehan agama," kata sebuah kelompok hak asasi manusia

Kelompok hak asasi manusia yang bekerja untuk orang-orang Kristen yang dianiaya karena keyakinan mereka mengecam  pindah agama secara paksa yang dilakukan terhadap seorang gadis berusia 13 tahun yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Pakistan.

“Mungkin Pakistan adalah satu-satunya negara di mana kejahatan seperti itu terjadi setiap hari di bawah naungan Islam,” kata Nasir Saeed, direktur Pusat Bantuan Hukum, Penanganan dan Penyelesaian (CLAAS).

Ia mengatakan pindah agama secara paksa terhadap gadis itu adalah “contoh paling mengerikan dari perbudakan modern dan pelecehan agama.”

“Tidak ada ruang untuk pembenaran seperti itu dalam masyarakat modern. Pakistan tidak bisa terus membiarkan praktik Islam zaman kegelapan untuk memperbudak gadis-gadis Kristen dan Hindu di Pakistan,” kata Saeed.




CLAAS melaporkan bahwa seorang dokter beragama Islam telah “secara paksa mengubah agama” Neha, seorang remaja Kristen berusia 13 tahun menjadi Muslim untuk mengizinkannya bekerja di dapur keluarga mereka.

Orang tua Neha, Munawar Masih dan Mehtan Bibi bekerja dengan seorang tuan tanah setempat. Mereka memiliki delapan anak.

Untuk bertahan hidup, orang tua mengirim dua anak Neha dan adiknya Sneha yang berusia 11 tahun untuk bekerja di rumah dokter itu.

Gadis-gadis itu dijanjikan upah sekitar US$63 per bulan dan  tinggal di rumah dokter tersebut. Namun pada akhir bulan, majikan hanya memberi mereka US$19, katanya karena gadis-gadis itu masih belia.

- Newsletter -

Neha dan Sneha bekerja di rumah itu selama empat tahun. Mereka kemudian mulai mengeluh tentang kekerasan dan bahkan serangan secara fisik. Mereka mengatakan kepada keluarga mereka bahwa mereka ingin pulang.

Ayah mereka, Masih, meminta dokter untuk memulangkan anak-anaknya, tetapi ia menolak untuk memulangkan Neha karena dia diduga telah memeluk Islam.

“Cara apapun tidak bisa dibenarkan untuk memaksa seorang gadis muda masuk Islam di luar kehendaknya dan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dan sekarang dia tidak dapat pulang ke orang tuanya karena orang tuanya adalah orang Kristen, dan dia tidak dapat dibiarkan hidup bersama mereka,” kata Saeed.

Ia mengatakan apa yang dilakukan dokter itu adalah tindakan kriminal. Tetapi karena pemerintah tidak peduli dengan kejahatan seperti itu yang terjadi setiap hari terhadap orang Kristen dan minoritas agama lainnya, orang-orang dengan bebas terus melakukan kejahatan seperti itu dengan impunitas.

“Tidak ada hukum seperti itu di Pakistan di mana seorang anak dipaksa masuk Islam dan diperbudak seumur hidup atas nama Islam,” kata Saeed. “Ini adalah pelanggaran serius terhadap hukum hak asasi manusia nasional dan internasional, terutama konvensi Hak Anak, yang telah diratifikasi Pakistan,” tambahnya.

CLAAS mendesak pemerintah Pakistan untuk segera turun tangan dan mendaftarkan kasus melawan dokter itu dan membantu keluarga gadis itu untuk mendapatkan kembali putri mereka.

“Pakistan sudah memiliki catatan pelanggaran hak asasi manusia terburuk dan memperlakukan minoritasnya dengan buruk, dan kasus-kasus seperti itu dapat semakin merusak citra Pakistan dan memperburuk keadaan negara itu di tingkat internasional,” kata Saeed.

Pakistan dianggap sebagai negara paling berbahaya kelima di dunia bagi umat Kristen, dan Uni Eropa telah mengeluarkan peringatan dan Komisi AS untuk Kebebasan Beragama Internasional telah menetapkan Pakistan sebagai negara dengan perhatian khusus karena pelanggaran terhadap kebebasan beragama.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest