Pemimpin Gereja Katolik di Sri Lanka mendesak kepolisian untuk melakukan penyelidikan atas klaim seorang biksu Buddha bahwa teroris akan melakukan serangan baru di negara itu.
“Kami meminta [inspektur jenderal polisi] untuk memperhatikan apa yang diungkapkan Ven Gnanasara Thero tentang serangan teroris yang akan datang dan mengambil tindakan segera untuk mencegahnya,” bunyi pernyataan dari Keuskupan Agung Kolombo.
Dalam sebuah wawancara televisi Biksu Galgoda Aththe Gnanasara Thero mengklaim bahwa dia telah memberi tahu pejabat Gereja Katolik dan pemimpin pemerintah tentang serangan yang akan segera terjadi terhadap paroki-paroki di wilayah pesisir di negara itu.
Biksu yang menjabat sebagai sekretaris jenderal organisasi nasionalis Bodu Bala Sena itu mengaku tahu siapa dan di mana kelompok yang ingin melancarkan serangan baru.
Ia mengatakan dia sudah menulis surat kepada Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa tentang informasi tersebut.
Akan tetapi dalam pernyataannya, Keuskupan Agung Kolombo membantah jika biksu itu telah memperingatkan Kardinal Malcolm Ranjith tentang serangan terhadap komunitas Katolik sejauh tahun 2017.
Pernyataan itu mengatakan biksu itu hanya berbicara dengan kardinal tentang “ekspansi Islam.”
Sebelumnya, Gnanasara Thero telah dituduh menggunakan retorika Islamofobia, yang menurut para kritikus mengakibatkan insiden kekerasan massa pada masa lalu.
Ia dihukum karena menghina pengadilan karena mencaci maki seorang hakim di gedung pengadilan dan mengancam Sandhya Eknaligoda, istri wartawan yang hilang Prageeth Eknaligoda.
Biksu itu dijatuhi hukuman enam tahun penjara, tetapi mendapat amnesti dari Presiden Maithripala Sirisena pada Mei 2019.
Pada 21 April 2019, Minggu Paskah, tiga gereja di Sri Lanka dan tiga hotel mewah di ibukota Kolombo menjadi sasaran dalam serangkaian serangan bom bunuh diri kelompok teroris.