Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Paus minta para uskup perhatikan kenaikan bunuh diri di Jepang

Paus minta para uskup perhatikan kenaikan bunuh diri di Jepang

Paus Fransiskus meminta perhatian dari para pemimpin gereja di Jepang atas meningkatnya angka bunuh diri dan perundungan terhadap kaum muda di kota-kota di Jepang.

Dia mengatakan realitas ini dan “berbagai macam kebutuhan” di antara kaum muda “menciptakan bentuk-bentuk baru keterasingan dan disorientasi spiritual.”

Paus berbicara kepada para uskup Katolik Jepang pada saat kedatangannya di Tokyo pada 23 November setelah penerbangan lima jam dari Bangkok.

Pemimpin 1,2 miliar umat Katolik dunia itu saat ini berada di paruh kedua dari perjalanannya selama tujuh hari di Asia yang dimulai di Thailand pada 20 November.

Membaca sebuah pidato yang telah disiapkan, Paus memberitahu para uskup Jepang bahwa kehidupan kaum muda di negara itu membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus.

“Kita semua sadar akan masalah serius yang memengaruhi orang-orang di komunitas Anda yang kehidupannya ditandai, karena berbagai alasan, oleh kesepian, keputusasaan, dan keterasingan,” kata pasu.

Bulan lalu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Jepang mengungkapkan bahwa insiden perundungan (bully) di sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang tahun lalu mencapai 414.378.

- Newsletter -

Angka itu lebih tinggi dengan 91.000 kasus dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Setidaknya 474 kasus dianggap “serius” sementara 55 diklasifikasikan sebagai “bahaya yang mengancam jiwa.”

Dari 250 murid yang bunuh diri selama tahun ajaran lalu, pihak berwenang mengungkapkan bahwa 10 anak telah diintimidasi di sekolah.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa dalam sebuah budaya yang begitu sering berfokus pada “efisiensi, kinerja dan kesuksesan,” ada kebutuhan untuk menumbuhkan “budaya cinta yang murah hati dan tanpa pamrih.”

Dia mengatakan budaya semacam ini harus mampu memberikan kepada semua orang, bukan hanya bagi mereka yang telah ‘membuatnya,’ suatu kemungkinan hidup yang bahagia dan sukses.

“Karena ini mempengaruhi kaum muda khususnya, saya meminta Anda untuk memberikan perhatian khusus kepada mereka dan kebutuhan mereka,” katanya kepada para uskup.

Dia mengatakan bahwa orang-orang muda dapat menjadi sumber harapan yang mendalam bagi orang-orang sezaman mereka dan menjadi saksi penting bagi cinta Kristiani, jika “semangat, gagasan, dan energi” mereka “terbentuk dengan baik dan didampingi.”

“Upaya kreatif, terinkulturasi, dan imajinatif untuk menjalankan pesan Injil dapat memiliki efek yang kuat pada begitu banyak kehidupan yang haus akan belas kasih,” kata paus.

Perjalanan Paus Fransiskus ke Jepang bertujuan untuk membawa pesan anti-nuklir ke negara yang telah menderita bom atom pada tahun 1945, yang mengakhiri Perang Dunia II.

“Saya ingin bertemu dengan mereka yang masih menanggung luka  tragis ini dalam sejarah manusia,” kata paus kepada para uskup.

Selain perkiraan 100.000 orang yang terbunuh dalam pemboman kota-kota Hiroshima dan Nagasaki, puluhan ribu lainnya meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan radiasi.

Paus Fransiskus mengatakan kepada para uskup bahwa ia akan menggemakan seruan kenabian mereka untuk pelucutan nuklir.

Dia mengatakan penderitaan yang terus-menerus dari para korban pemboman “adalah pengingat yang baik akan kewajiban manusia dan kita sebagai orang Kristen untuk membantu mereka yang bermasalah dalam jiwa dan raga dan untuk menawarkan kepada semua pesan Injil tentang harapan, penyembuhan, dan rekonsiliasi.”

“Kejahatan tidak memiliki preferensi,” katanya. “Kejahatan tidak peduli tentang latar belakang atau identitas orang. Ia hanya meledak dengan kekuatan penghancurnya,” kata paus.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Jepang adalah yang pertama oleh paus dalam 38 tahun dan yang kedua dalam sejarah.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest