Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Kisah fotografer sukses yang menjadi biarawati

Kisah fotografer sukses yang menjadi biarawati

Dalam literatur dan kehidupan nyata, narasi tentang bagaimana menjadi “wanita ideal” sebagian besar masih tetap ditentukan oleh harapan dan tradisi masyarakat.

Ini mengikuti apa yang dianggap banyak orang sebagai “alur yang bagus” tentang bagaimana seorang wanita harus menemukan seorang pria, menikah, dan kemudian memiliki anak.

Bahkan hingga hari ini, pandangan seperti itu tetap berlaku meskipun semakin banyak perempuan yang menentangnya.




Raquel Ann Sinaca, seorang biarawati dari Suster-Suster Misionaris Maria, mencoba mengubah narasi hidupnya.

Dia pertama kali tertarik pada fotografi ketika ibunya, seorang guru,  meminta Ann yang berusia 12 tahun untuk mengambil foto siswa dan mendokumentasikan kegiatan sekolah.

Ann meraih gelar sarjana teknik, kemudian bergabung dengan perusahaan desain di Manila, dan akhirnya pergi ke Dubai untuk bekerja sebagai teknisi komputer.

Ketika dia kembali ke kota asalnya di Filipina selatan, dia mengubah hobi fotografinya menjadi bisnis.

- Newsletter -

Alur narasi kehidupan Ann berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan dunia dari seorang wanita.

“Tapi Tuhan benar-benar penuh kejutan,” katanya.

“Saya seorang fotografer dan pengusaha yang sukses. Saya mengendarai mobil sendiri, saya menggunakan kamera mahal, tetapi mengapa perasaan hampa?” katanya

Pada tahun 2015, ketika dia berusia 27 tahun, dia membuat keputusan penting dalam hidupnya, keputusan yang membelok dari “alur yang biasa.”

“Saya puas dan menikmati hidup, tetapi setiap kali saya melihat para suster, saya diingatkan akan keinginan saya untuk menjadi biarawati,” akunya. “Saya merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk akhirnya memutuskan,” katanya.

Mimpinya untuk menjadi biarawati sebenarnya dimulai ketika ia hanya seorang “gadis kesayanan ayah,” seorang politisi yang membawanya berkunjung ke sebuah biara.

Sejak saat itu, Ann tidak dapat menghilangkan bayangannya para suster dari benaknya, dan di dalam hatinya “ingin menjadi seperti mereka.”

Jauh di lubuk hatinya, wanita muda itu tahu bahwa dia akan menjadi biarawati. Itu akan selalu menjadi “babak akhir” dalam plot yang ditulisnya sendiri.

“Itu bagian dari pertimbangan kebijaksanaan saya, yakni untuk menyelesaikan studi saya terlebih dahulu dan memiliki pekerjaan sebelum masuk biara,” katanya.

Pada suatu hari di bulan Desember tahun 2015, ketika dia merayakan hari ulang tahunnya sendirian, dia merasakan “kehadiran Tuhan yang mengharukan.”

Dia membuat janji di depan gambar Bunda Maria “untuk memberikan hidupku kepada Tuhan, untuk mengikuti Dia, untuk melayani Dia, dan bersama dengan Dia selamanya.”

Pada tahun 2016, dia mengalami “momen yang tak terlupakan” ketika dia mengatakan “ya” untuk panggilan Tuhan dan bergabung dengan kongregasi Suster-Suster Misionaris Maria.

Itu bukan keputusan yang mudah karena ada “kegalauan di dalam diri untuk mengikuti panggilan” dan meninggalkan kehidupannya yang nyaman.

Di antara banyak “pengorbanan” yang dia lakukan, yang paling sulit adalah menyerahkan kameranya.

Saat menjual kameranya, dia menulis:

“Aku, kamera dan Engkau – sang fotograferku.

Engkau memegang dan mengendalikan aku dengan hati-hati.

Engkau tahu segalanya tentang aku,

dan tentang jalan yang harus kutempuh,

yang mengingatkan aku setiap hari”

Dia mengatakan ada “saat-saat ketakutan dan ketidakamanan.”

“Bahkan ketika aku sudah berada di biara, aku masih ragu,” kata Ann. Baru ketika dia diterima menjadi postulan, dia merasa “Saya membuat pilihan yang tepat.”

“Inilah jalanku,” katanya.

Devosinya kepada Perawan Maria membantu dia melihat  jalan hidupnya. Dia mengatakan bahwa ketika dia menjadi suster yang mengucapkan kaul, kepercayaannya kepada Allah menjadi lebih kuat dan imannya semakin dalam.

“Saya masih memiliki kehidupan manusiawi saya, tetapi itu adalah kehidupan iman di dalam Putra Allah, yang mengasihi saya dan memberikan dirinya untuk saya,” kata biarawati itu.

Keputusannya tidak luput dari narasi yang berlaku dalam masyarakat Filipina.

“Sayang sekali. Kita kehilangan dia. Dia seorang yang cantik dan sukses,” dan itu seringkali dia dengar, seolah keputusannya untuk menjadi biarawati adalah kekurangan baginya sebagai seorang wanita.

Akan tetapi dia merasa tersanjung, dan menerimanya dengan tersenyum dan gembira setiap kali dia mendengar komentar seperti itu.

“Aku hanya berharap itu adalah kecantikan batinku yang terwujud karena aku memiliki Tuhan yang mereka lihat setiap kali mereka mengatakan aku cantik,” kata Ann.

Keinginannya untuk merangkul dengan sepenuh hati jalan hidupnya yang telah dia pilih dan menjadi saksi bagi Tuhan di dunia saat ini yang membuatnya cantik.

Setiap kali dia mendengar komentar seperti itu, kata-kata ibunya akan bergema di benaknya – “Berikan yang tulus, yang terbaik, dan yang terindah kepada Tuhan.”

Para biarawati dari Suster-Suster Misionaris Maria berfoto bersama setelah penerimaan para suster baru, termasuk Suster Raquel Ann Sinaca. (Foto disediakan)

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest