Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Puluhan tarekat religius di Filipina melepas saham dari sektor batu bara

Puluhan tarekat religius di Filipina melepas saham dari sektor batu bara

Sejumlah tarekat religius di Filipina sudah berjanji untuk menjauhkan diri dari “proyek energi kotor.”

Setidaknya ada 20 ordo religius Katolik di negara itu bersumpah untuk melarang investasi aset mereka pada batu bara dan “proyek energi kotor” lainnya.

Perwakilan ordo religius pria dan wanita telah menandatangani sebuah manifesto pada 20 Mei yang menyatakan komitmen penuh mereka untuk mempercepat gerakan divestasi batu bara.




“Dalam semangat Laudato si’ kami menyatakan pengakuan kami bahwa divestasi dari industri yang merusak, terutama batubara, adalah bagian tak terpisahkan dari tugas kami sebagai pengurus Ciptaan dan aset umat Katolik,” demikian bunyi manifesto tersebut.

“Kami percaya bahwa batu bara, yang paling kotor dari semua bahan bakar fosil dan satu-satunya penyumbang terbesar pada darurat iklim, bertentangan dengan segala sesuatu yang diperjuangkan Gereja, terutama pelestarian kehidupan dan martabat pribadi manusia dan Ciptaan Tuhan,” tambah pernyataan itu.

Di antara kongregasi religius yang menandatangani manifesto itu adalah Suster-suster Misionaris St. Columban, Suster-suster Abdi Sakramen Mahakudus, Tarekat Religius Perawan Maria, dan Putri St Yosef.

Pengumuman ini dibuat saat perayaan ulang tahun kelima Laudati si, ensiklik Paus Fransiskus tentang lingkungan.

- Newsletter -

Tarekat religius itu mencatat bahwa dunia sedang menghadapi “dua krisis global,” di mana “pengemban tugas” gagal untuk menempatkan kesehatan manusia dan planet ini di atas segalanya.

Pernyataan mereka mengatakan dunia dihadang oleh pandemi COVID-19 dan darurat iklim yang menuntut perwujudan dunia yang lebih baik.

Pastor Angel Cortez, sekretaris eksekutif Asosiasi Para Pemimpin Religius Filipina, mengatakan divestasi dari “proyek-proyek energi kotor” adalah jawaban atas anjuran Paus Fransiskus.

“Sebagai sebuah komunitas dan sebagai pemimpin tarekat, kami mendukung kampanye divestasi batubara … untuk melindungi masa depan kaum muda saat ini dan generasi yang akan datang yang belum menikmati anugerah Penciptaan,” kata imam itu.

Pekan lalu, 42 gereja dan lembaga berbasis agama, termasuk organisasi awam Katolik, telah mengumumkan bahwa mereka mendivestasikan US $ 1,4 miliar dari bahan bakar fosil.

John Din, koordinator nasional Gerakan Iklim Katolik Global-Pilipina mengatakan, komitmen yang dibuat oleh lembaga-lembaga gereja harus dilihat oleh pemodal batu bara “sebagai indikasi bahwa langkah-langkah yang lebih ambisius untuk menjaga Rumah Bersama kita akan menyusul.”

Uskup Broderick Pabillo, administrator apostolik Manila, mengatakan di antara tindakan konkret yang ditetapkan dalam surat pastoral tentang ekologi, yang dikeluarkan para uskup Filipina tahun lalu, adalah transisi ke energi bersih dan divestasi dari bahan bakar batu bara dan fosil.

Prelatus itu mengatakan tindakan-tindakan yang benar-benar dapat diambil Gereja ini “berfungsi sebagai contoh bagi orang lain dan untuk memastikan bahwa sumber daya Gereja benar-benar digunakan untuk kebaikan bersama.”

“Ini penting karena kita tidak bisa mengatakan bahwa kita percaya dan memuji Allah Bapa kita jika kita membiarkan ciptaan-Nya dihancurkan,” katanya.

Pada bulan April, Uskup Pabillo menegaskan kembali seruannya untuk bank-bank Filipina agar memilih untuk melestarikan kehidupan manusia dan mengarahkan transisi menuju teknologi dan sumber daya yang melindungi ciptaan.

Keuskupan Agung Manila adalah salah satu pemegang saham utama sebuah institusi bank yang berinvestasi dalam pembangkit listrik tenaga batu bara di beberapa bagian negara itu.

Studi mengungkapkan bahwa batu bara adalah sumber tunggal terbesar dari pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Filipina memiliki 28 pembangkit listrik tenaga batubara yang ada dan 26 lainnya sedang dalam proses. Ini mewakili 52 persen dari campuran energi negara itu, sementara energi terbarukan sekitar 22 persen dan gas alam sebesar 21 persen.

Uskup San Carlos, Uskup Gerardo Alminaza di Filipina tengah mengatakan, dunia masih memiliki satu dasawarsa lagi untuk menciptakan tindakan yang berarti untuk mencegah bahaya perubahan iklim yang lebih dahsyat.”

Dia mengatakan bahwa mengakhiri batubara, yang paling kotor dari semua bahan bakar fosil, sangat mendesak.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest