Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) 200 rumah dibakar di Rakhine, Myanmar

200 rumah dibakar di Rakhine, Myanmar

Sebuah citra satelit menunjukkan bahwa sekitar 200 rumah dan bangunan lainnya hancur dilalap api pada 16 Mei di Negara Bagian Rakhine yang sedang dilanda konflik di Myanmar.

Human Rights Watch yang bermarkas di New York mendesak segera diadakan penyelidikan yang tidak memihak untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas penghancuran massal atas hunian warga yang didominasi etnis Rakhine, di desa Let Kar, wilayah Mrauk-U.

Sejak Januari 2019, pertempuran antara militer Myanmar dan etnis Rakhine Arakan Army telah mengakibatkan banyak korban sipil dan kerusakan rumah-rumah warga sipil. Gambar atas pola kebakaran di Let Kar memiliki kemiripan dengan pola kebakaran dan serangan pembakaran yang meluas oleh militer Myanmar di desa-desa etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine pada tahun 2012, 2016, dan 2017, kata HRW dalam sebuah pernyataan.




“Pembakaran desa Let Kar memiliki semua ciri pembakaran oleh militer Myanmar di desa-desa Rohingya dalam beberapa tahun terakhir,” kata Phil Robertson, wakil direktur HRW Asia.

“Investigasi yang kredibel dan tidak memihak sangat dibutuhkan untuk mencari tahu apa yang terjadi, menghukum mereka yang bertanggung jawab, dan memberikan kompensasi kepada penduduk desa yang dirugikan.”

Citra satelit yang direkam pada 16 Mei pukul 10.30 pagi tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan di Let Kar. Tetapi pada pukul 02:12 siang, sebuah satelit lingkungan mendeteksi kebakaran besar yang terjadi di sana. Analisis kerusakan oleh HRW terhadap 200 bangunan yang terbakar kemungkinan besar merupakan perkiraan yang rendah karena kerusakan internal pada bangunan tidak terlihat.

Citra satelit berbanding lurus dengan laporan saksi mengenai tanggal dan waktu kebakaran serta jumlah bangunan yang terkena dampak. Warga di desa tetangga Bu Ywat Ma Nyo mengatakan kepada media bahwa mereka melihat tentara Myanmar berjalan melewati desa mereka untuk memasuki Let Kar sekitar jam 2 siang pada 16 Mei dan meninggalkan lokasi sekitar jam 5 sore. Kedua desa hampir terpisah satu kilometer.

- Newsletter -

Setelah tentara memasuki Let Kar, warga Bu Ywat Ma Nyo melaporkan mendengar tembakan, melihat api dan asap, dan mengamati dua pesawat tanpa awak, satu terbang di atas Let Kar dan yang lain terbang di atas desa Bu Ywat Ma Nyo.

Seorang petugas bantuan dari kota Mrauk-U mengatakan kepada HRW bahwa sekitar jam 2 sore pada 16 Mei, gumpalan asap terlihat muncul dari arah Let Kar, 11 kilometer sebelah utara.

“Tidak ada yang tinggal di sana setelah pertempuran tahun lalu karena [penduduk] telah melarikan diri, tetapi warga lanjut usia benar-benar tidak punya tempat untuk tinggal sekarang,” katanya.

“Mereka berlindung di kamp IDP [pengungsi internal] di desa Tein Myo dan Bu Ywat Ma Nyo dan setidaknya bisa pulang dan mengambil barang-barang mereka atau memeriksa rumah mereka dari waktu ke waktu. Sekarang mereka tidak punya apa-apa – sangat menyedihkan.”

Seorang mantan penduduk Let Kar yang masih tinggal di dekat sana mengatakan kepada sebuah sumber setempat bahwa ia pergi untuk melihat kerusakan itu sendiri pada 17 Mei.

Dia mengatakan dia dan teman-temannya menjumpai sekitar 50 tentara Myanmar di sepanjang jalan saat mereka dari Maruk-U menuju Let Kar dengan sepeda motor, tetapi para prajurit tidak menghentikan mereka. Dia mengatakan dia menghitung setidaknya 194 bangunan yang telah terbakar, termasuk rumahnya sendiri, dan sebuah sekolah.

Seorang anggota parlemen Negara Bagian Rakhine, Tun Thar Sein, membenarkan bahwa satu pasukan militer telah berada di daerah itu.

Pada 17 Mei, militer Myanmar merilis pernyataan bahwa pasukannya telah memasuki Let Kar sore sebelumnya ketika berpatroli di daerah itu dan diserang oleh Tentara Arakan. Mereka juga mengeluarkan gambar tampilan udara dari bangunan yang terbakar di Let Kar, mungkin diambil menggunakan drone. Militer menuduh Tentara Arakan membakar dan merusak setidaknya 20 rumah sebelum mundur ke pegunungan.

Pada 19 Mei, Tentara Arakan mengeluarkan pernyataan yang menyangkal tuduhan tersebut. Seorang juru bicara, Khine Thuka, mendesak media untuk menyelidiki.

Sebagian besar penduduk meninggalkan Let Kar lebih dari setahun yang lalu, ketika pertempuran semakin intensif. Pada 10 April 2019, militer menggerebek Let Kar dan menahan 27 orang untuk mencaritahu dugaan hubungan dengan Tentara Arakan.

Pada 22 April, tiga orang telah tewas dalam tahanan, dan disebutkan akibat “gagal jantung” oleh surat kabar Myawaddy milik militer. Tidak ada otopsi yang dilakukan karena pasukan keamanan dengan cepat mengkremasi mayat-mayat itu.

Pihak berwenang membantah tuduhan bahwa mereka disiksa tetapi menolak untuk menyelidiki kematian mereka. 24 lainnya, dua di antaranya anak di bawah umur, tetap ditahan di Sittwe.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest