Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Pemimpin gereja Filipina tolak upaya menerapkan kembali hukuman mati

Pemimpin gereja Filipina tolak upaya menerapkan kembali hukuman mati

Para pemimpin Gereja di Filipina menentang keras upaya-upaya untuk menghidupkan kembali hukuman mati di negara itu menyusul pembunuhan terhadap seorang ibu dan putranya oleh seorang polisi minggu ini.

Para pemimpin agama itu menegaskan bahwa membangkitkan kembali hukuman mati “tidak akan menyelesaikan kesalahan” dalam sistem peradilan negara.

Pastor Antonio Labiao, sekretaris eksekutif Caritas Filipina, mengatakan bahwa kantornya berpegang pada mandat lama Gereja bahwa “hidup itu sakral dan tidak ada yang berhak mengambilnya, bahkan kehidupan milik penjahat sekalipun.”




Ia mengatakan bahwa menghidupkan kembali hukuman mati tidak akan menjawab “sistem peradilan yang salah” dan “tidak akan menghalangi individu untuk melukai orang lain.”

“Yang kita butuhkan adalah lingkungan yang lebih berbelas kasih di mana anak-anak kita dapat tumbuh dalam kasih sayang, diperhatikan, dan diterima,” katanya.

Pastor Labiao mengingatkan mereka yang menyerukan penerapan kembali hukuman mati bahwa “mencabut nyawa orang lain meskipun secara hukum tetaplah pembunuhan.”

Beberapa anggota parlemen telah menyerukan dihidupkannya kembali hukuman mati setelah pembunuhan Sonia Gregorio dan putranya, Frank, di provinsi Tarlac pada 20 Desember. Para legislator itu mengatakan polisi yang membunuh warga sipil tak bersenjata “pantas mendapatkan hukuman mati.”

Rancangan undang-undang yang mengupayakan pemulihan hukuman mati menunggu keputusan di tingkat komite di Kongres.

- Newsletter -

Uskup San Carlos Mgr Gerardo Alminaza mengatakan para legislator yang menyerukan hukuman mati “menggonggong di pohon yang salah”.

Prelatus itu mengatakan bahwa mereka harus “membaca statistik” apakah hukuman mati telah secara signifikan mencegah kejahatan.

Uskup Alminaza meminta pemerintah agar “sebaliknya memusatkan perhatian” pada peningkatan sistem peradilan negara, meningkatkan standar hidup, dan memberikan pendidikan yang berkualitas.”

Ia mengatakan Gereja telah memberikan argumen menentang hukuman mati, seperti “kemungkinan kesalahan hukum.”

Para pelajar dan guru Universitas Katolik De La Salle di Manila memajang sebuah plakat untuk menunjukkan penolakan mereka terhadap usulan menghidupkan kembali hukuman mati di negara tersebut saat demonstrasi pada tahun 2017. (Foto oleh Jhun Dantes)

Uskup itu mengatakan hukuman mati juga dapat digunakan oleh “rezim totaliter dan diktator sebagai cara untuk menekan pembangkangan politik.”

Uskup Bayombong Mgr Jose Elmer Mangalinao mengatakan bahwa jawaban atas serentetan pembunuhan di luar hukum dan budaya impunitas di negara itu bukan dengan kebangkitan hukuman mati, melainkan “implementasi hukum yang penuh dan adil.”

Prelatus itu mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk “pendidikan berkelanjutan, pelatihan, dan pembinaan kepolisian,” dan menambahkan bahwa pemerintah harus “menanamkan” dalam pikiran dan hati pasukan keamanan negara tentang “kesakralan hidup dan hak asasi manusia.”

Filipina menghapus hukuman mati pada 24 Juni 2006.

Beberapa bulan sebelum berlakunya undang-undang yang mengakhiri penerapan hukuman mati, mantan presiden Gloria Arroyo mengeluarkan moratorium pelaksanaan hukuman mati.

Pada April 2006, Filipina meringankan hukuman sekitar 1.230 terpidana mati menjadi penjara seumur hidup, yang merupakan pengurangan hukuman mati terbesar yang pernah ada, menurut Amnesty International.

Dalam Pidato Kenegaraannya pada bulan Juli, Presiden Rodrigo Duterte meminta Kongres untuk mengesahkan RUU yang akan mengembalikan hukuman mati dengan suntikan mematikan bagi kejahatan terkait narkoba.

Paus Fransiskus, dalam ensiklik “Fratelli tutti,” mengatakan “hukuman mati tidak dapat diterima dan Gereja dengan tegas berkomitmen untuk menyerukan penghapusannya di seluruh dunia.”

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest