Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Kehamilan remaja di Filipina butuh perhatian serius

Kehamilan remaja di Filipina butuh perhatian serius

Berbagai element masyarakat di Filipina menyerukan tindakan segera atas laporan yang menyatakan bahwa semakin banyak anak muda Filipina yang hamil dalam beberapa tahun terakhir.

Otoritas Statistik Filipina minggu ini menerbitkan laporan bahwa para tahun 2019 setiap hari terdapat tujuh gadis remaja berusia antara 10 dan 14 tahun melahirkan.

Laporan itu menyebutkan, kelahiran di kalangan remaja perempuan di bawah 15 tahun naik tujuh persen pada 2019 dibandingkan 2018.

Jumlah anak Filipina yang menjadi ibu pada 2019 juga meningkat tipis menjadi 62.510 dari 62.341 pada 2018.


Komisi Kependudukan dan Pembangunan mengingatkan bahwa angka kenaikan ini merupakan tahun tahun kesembilan sejak 2011.

Persentasi yang mengkhawatirkan ini tidak akan berubah dan bahkan dapat meningkat selama pandemi, tambah komisi tersebut.

Institut Kependudukan Universitas Filipina dan Dana Kependudukan PBB mengatakan kehamilan remaja di negara itu dapat meningkat dengan tambahan hingga 18.000 sebagai akibat hambatan layanan karena pembatasan COVID-19.

Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi diperkirakan meningkat menjadi 2,07 juta pada akhir tahun 2020 atau meningkat 67 persen dibandingkan tahun 2019.

- Newsletter -

Senator Risa Hontiveros, pencetus RUU Pencegahan Kehamilan Remaja, menyerukan tindakan segera atas masalah ini.

“Jika peningkatan kasus kehamilan remaja tidak diselesaikan, akan menambah beban sistem kesehatan dan ekonomi kita dan dalam jangka panjang, menjadi beban bagi rencana kita untuk generasi selanjutnya,” kata legislator tersebut.

“Biarkan anak-anak kita bertumbuh sebagaimana layaknya anak-anak dan biarkan mereka bertumbuh dan mencapai potensi penuh mereka,” tambahnya

“Kehamilan remaja menghilangkan masa depan gadis-gadis muda kita dan membatasi mereka untuk mencapai potensi diri mereka dan membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka sendiri,” kata Rep. Maria Lourdes Acosta-Alba, penggagas RUU pendamping di Dewan Perwakilan Rakyat.

“Tantangan seperti ini semakin berat di saat krisis seperti pandemi saat ini. Kita berhutang kepada gadis-gadis muda kita untuk memberi mereka masa depan yang lebih baik, untuk memberi mereka kehidupan yang bermartabat di mana pilihan mereka dihormati,” kata Acosta-Alba.

Rom Dongeto, direktur eksekutif Komite Legislator Filipina tentang Kependudukan dan Pembangunan, meminta Kongres mengambil tindakan segera atas masalah ini dengan membahas dan memberikan suara pada RUU tersebut.

“Kita tidak boleh membiarkan orang muda dalam kegelapan. Kita harus memastikan bahwa mereka memiliki informasi yang benar dan layanan yang sesuai tentang kesehatan reproduksi,” kata Dongeto.

Saat ini, ada tujuh RUU yang menunggu tindakan di DPR, sementara RUU di Senat sudah dalam “masa interpelasi”.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest