Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Features (Bahasa) Sadis! Wanita hamil dianiaya hingga keguguran karena masuk Kristen

Sadis! Wanita hamil dianiaya hingga keguguran karena masuk Kristen

Sebagian besar penduduk desa Devra yang terletak di daerah terpencil di negara bagian Madya Pradesh, India tengah, adalah buruh atau petani. Di sudut desa itu terdapat pemakaman Kristen di mana ada kubur bayi tanpa nisan yang meninggal dalam kandungan. Bayi laki-laki itu meninggal dalam rahim ibunya yang dianiaya “karena imannya”.

Pada 30 Desember tahun lalu, Rakesh Allawi, 28, seorang petani beragama Kristen di desa itu, membawa pasangannya Leela Bia yang sedang hamil delapan bulan ke rumah kerabatnya yang terletak beberapa mil jauhnya untuk mengikuti doa pada Malam Tahun Baru.

Tidak lama setelah tiba di sana, Rakesh harus kembali ke desa asalnya untuk mengurus pekerjaannya.




“Ikutlah doa dan berdoalah kepada Tuhan bagi keluarga dan kesejahteraan kita,” pesan Rakesh kepada istrinya saat dia hendak kembali ke desa mereka.

Beberapa jam kemudian, sekitar 30 pria Hindu garis keras yang meneriakkan slogan anti-Kristen menerobos masuk ke dalam rumah tempat pertemuan doa itu diadakan.

Pertama, mereka mengejek orang-orang yang menghadiri pertemuan doa tersebut karena pindah agama, dan kemudian mulai memukuli mereka.

Leela yang sedang hamil, yang baru menjadi Kristen selama dua tahun, mencoba bersembunyi di balik pintu. Tetapi ia berhasil ditemukan dan diseret keluar serta dianiaya karena pindah agama.

“Saya tidak pindah agama. Saya hanya kembali kepada Tuhanku untuk damai sejahtera. Saya tidak pindah agama,” kata Leela mengingat apa yang dia katakan kepada para penyerangnya sebelum dia dipukul dengan keras dari belakang.

- Newsletter -

Leela jatuh ke lantai dan perutnya ditendang dengan sangat kuat dan membuatnya tidak sadarkan diri.

“Beberapa saat kemudian, ketika saya sadar kembali,  para penyerang tidak ada lagi. Saya dikelilingi oleh kerabat saya yang memanggil ambulans dan saya dibawa ke pusat kesehatan setempat,” kata Leela kepada LiCAS.news.

“Saya sekarat karena rasa sakit, tetapi staf di rumah sakit menolak untuk memberi bantuan yang diperlukan. Mungkin mereka diancam oleh para fanatik dan itulah mengapa mereka menolak untuk melayani saya. Saya kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Thikiri di mana saya melahirkan bayi yang lahir dalam keadaan sudah meninggal. Dia berjenis kelamin laki-laki, ”kata Leela.

Suami Leela tidak mengetahui kejadian tersebut dan batu mengetahuinya ketika dipanggil oleh salah satu kerabatnya untuk datang ke rumah sakit secepat mungkin.

Ketika Rakesh sampai di rumah sakit, dia menemukan bayinya yang meninggal terbungkus kain katun bekas dan istrinya sedang menangis.

“Saya sangat putus asa. Saya tidak tahu harus berpikir atau berkata apa. Segala sesuatu di sekitarku menjadi tidak jelas dan tampak seperti tidak nyata,” kata Rakesh.

“Anak kami dalam kandungan yang sudah mencapai usia delapan bulan dibunuh karena dia akan lahir dari keluarga yang percaya pada Yesus Kristus,” katanya.

“Saya membawa serta istri saya dan kami menguburkan anak itu di pemakaman terdekat. Dia sering pergi ke sana bahkan sampai hari ini dan menangis di samping kuburan kecil. “

Setelah kejadian tersebut, pasangan itu membuat laporan kepada polisi, tetapi polisi tidak membantu. Petugas di stasiun polisi menyuruh mereka menunggu di koridor dan kemudian mereka disuruh datang keesokan harinya dan kemudian keesokan harinya lagi. Hingga saat ini, belum ada pengaduan yang didaftarkan terhadap para penyerang oleh polisi.

Shibu Thomas, dari Prosecution Relief, mengatakan pengingkaran keadilan bagi korban kejahatan rasial tidak hanya melelahkan bagi para pencari keadilan tetapi juga memberikan motivasi kepada kelompok garis keras bahwa mereka bebas melakukan kejahatan tanpa mendapat hukuman.

“Di seluruh Indiaserangan terhadap orang Kristen dan tempat ibadah terus terjadi dalam jumlah dan tingkat keparahan yang meningkat,” kata Thomas kepada LiCAS.news.

“Orang-orang Hindu radikal terus menggunakan tuduhan palsu konversi agama untuk membenarkan kekerasan anti-Kristen, sedangkn polisi tidak mau peduli,” kata Thomas.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest