Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Lembaga kepausan minta doa bagi Myanmar yang terus dilanda kekerasan

Lembaga kepausan minta doa bagi Myanmar yang terus dilanda kekerasan

Lembaga kepausan Gereja Katolik, Aid to the Church in Need (ACN), menyerukan agar kekerasan dan pertumpahan darah di Myanmar diakhiri.

“Umat Kristen di seluruh dunia hanya dapat memandang Myanmar dengan keprihatinan mendalam,” demikian bunyi pernyataan Thomas Heine-Geldern, presiden eksekutif ACN.

Lembaga itu mengulangi seruan yang dibuat oleh Paus Fransiskus pada bulan Maret lalu untuk mengakhiri kekerasan dan segera memulai dialog.




“Mari kita berdoa untuk [perdamaian] ini, khususnya selama masa Paskah,” kata Heine-Geldern.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) yang mendokumentasikan korban kekerasan berdarah oleh militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa melaporkan 618 kematian pada 9 April.

Kelompok itu mengatakan sebanyak  2.931 orang telah ditahan, 54 di antaranya telah dijatuhi hukuman dan perintah penangkapan telah dikeluarkan bagi 520 orang lainnya.

“Saya terguncang oleh berita yang sampai kepada kami dari Myanmar,” kata Heine-Geldern.

“Tingkat kebrutalan yang dilakukan pasukan keamanan … tampaknya lebih besar daripada waktu pada hari-hari awal kudeta,” tambahnya.

- Newsletter -

Ia mengatakan pasukan keamanan tampaknya bersiap untuk menembak siapa pun yang mereka lihat di jalan, dan sepertinya konflik ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

Pasukan keamanan Myanmar menembakkan senapan granat ke pengunjuk rasa di sebuah kota dekat Yangon pada 9 April, menewaskan lebih dari 80 orang.

“Menurut para ahli, tidak ada pihak, baik militer maupun gerakan pro-demokrasi, yang siap untuk mundur,” kata Heine-Geldern.

“Militer percaya bahwa mereka memiliki hak untuk meneror siapa saja untuk mencapai ‘stabilitas dan keamanan’,” katanya.

“Namun, gerakan di jalanan yang dipimpin oleh anak muda, bertekad untuk membebaskan negara mereka dari kediktatoran militer,” tambahnya.

“Situasi kemungkinan akan menjadi lebih buruk,” kata Heine-Geldern memperingatkan dan menyerukan “belas kasih spiritual,” termasuk “doa… perdamaian dan rekonsiliasi.”

Ia mengungkapkan harapannya untuk melihat “kesaksian Gereja di Myanmar.”

“Foto-foto suster yang berlutut di jalan untuk memblokir jalan bagi pasukan keamanan, memohon diakhirinya kekerasan, sangat menyentuh hati,” katanya.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest