Gereja Katolik di Korea Selatan mencatat tingkat pertumbuhan paling rendah dalam hal jumlah umat tahun lalu, saat puncak pandemi virus corona.
Pada akhir 2020, tercatat hanya ada 5.923.300 umat Katolik di negara itu, naik hanya 8.631, atau 0,15 persen, dari tahun sebelumnya, menurut statistik konferensi waligereja Katolik negara itu.
Laporan kantor berita Yonhap mencatat bahwa tingkat kenaikan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan masing-masing 0,9 persen dan 0,8 persen pada tahun 2018 dan 2019.
Laporan itu mengatakan tingkat pertumbuhan yang rendah disebabkan oleh pandemi virus corona.
Angka tersebut merupakan yang terendah sejak sensus umat Katolik di Korea Selatan pertama kali dilakukan pada tahun 1954, setahun setelah kedua Korea mencapai Perjanjian Gencatan Senjata.
Jumlah pembaptisan juga turun 62,6 persen pada tahun 2020 menjadi 30.285, sementara jumlah pernikahan yang yang diakui oleh Gereja Katolik turun 43 persen menjadi 7.915.
Data kehadiran untuk Misa tetap hari Minggu tidak dikompilasi karena pembatasan di tengah pandemi, kata konferensi para uskup.
Menurut para uskup, Misa terkena dampak langsung COVID-19, dengan jumlah komuni berkurang lebih dari setengahnya dari di atas 80 juta menjadi sekitar 37,6 juta.
Akan tetapi laporan itu mencatat lonjakan pemirsa TV untuk Misa Minggu yang disiarkan di Catholic Peace Broadcasting Corp dan saluran YouTube-nya, karena lebih banyak umat yang memilih untuk menghadiri Misa online.
“Banyak anggota gereja telah berusaha untuk berpartisipasi dalam Ekaristi yang disiarkan di televisi dan YouTube di tengah kesulitan yang muncul akibat COVID-19, tetapi nilai ibadah secara langsung, inti dari kehidupan Katolik, tidak boleh melemah,” kata para uskup.
Umat Katolik mencakup 11,2 persen dari 52,9 juta penduduk Korea Selatan.
