Sejumlah gereja Katolik di Thailand menangguhkan pelayanan gereja karena lonjakan kasus COVID-19 baru-baru ini di negara tersebut.
Uskup Joseph Phibun dari Keuskupan Nakhon-Sawan mengatakan kepada Radio Veritas Asia bahwa Gereja Katolik sedang melakukan yang terbaik untuk membantu upaya pemerintah dalam mengendalikan pandemi.
“Kami menghentikan kelas-kelas katekese dan pertemuan dan mengajak umat beriman untuk mengikuti Misa hari Minggu online,” kata prelatus itu.
Gereja Katolik di Thailand menangguhkan semua kegiatan gereja selama masa Prapaskah dan Paskah tahun lalu ketika pandemi virus corona meningkat.
Pada hari Selasa, 4 Mei, Thailand melaporkan 1.763 kasus virus corona baru dan 27 kematian, saat negara itu bergulat dengan gelombang ketiga virus tersebut.
Seccara keseluruhan Thailand telah mencatat 72.788 kasus dan 303 kematian sejak pandemi dimulai tahun lalu.
Situasi ini menjadi masa yang sangat sulit bagi komunitas Katolik yang kecil di negara itu.
“Saya perhatikan bahwa umat paroki saya mulai terbiasa mengikuti Misa online, tetapi seringkali mereka bahkan tidak memanfaatkan kesempatan ini sama sekali,” kata pastor Domenico Rodighiero dari paroki Gereja Gembala Baik di Phetchabun.
“Kami berisiko kehilangan tidak hanya nilai Misa hari Minggu tetapi juga pemahaman dasar bahwa komunitas umat beriman adalah elemen sentral dari iman kita,” kata imam itu.
Secara umum Thailand berhasil mengendalikan virus pada awal pandemi melalui penutupan dan kontrol perbatasan yang ketat. Tetapi gelombang ketiga yang mematikan yang dimulai pada awal April termasuk varian B.1.1.7 yang sangat mudah ditularkan telah menyumbang sekitar setengah dari total kasus dan kematian di negara itu.
Thailand telah memvaksinasi hampir 1,5 juta orang sejauh ini, sebagian besar adalah pekerja medis dan orang-orang yang rentan, menggunakan vaksin impor Sinovac dan AstraZeneca dari Tiongkok.
Program vaksinasi massal akan dimulai pada bulan Juni dengan menggunakan vaksin AstraZeneca yang diproduksi secara lokal.
Pendaftaran vaksin mulai dibuka untuk umum akhir pekan ini dengan tujuan menginokulasi 70 persen orang dewasa di negara berpenduduk lebih dari 66 juta orang itu. Laporan tambahan dari Reuters