Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Gereja Hong Kong tetap persembahkan Misa bagi korban pembantaian Tiananmen

Gereja Hong Kong tetap persembahkan Misa bagi korban pembantaian Tiananmen

“Karena satu dan lain hal, kita mungkin tidak dapat berbicara secara terbuka, tetapi kita tidak boleh melupakan sejarah,” demikian isi pengumuman keuskupan

Sejumlah Gereja Katolik di Hong Kong akan mengadakan Misa pada tanggal 4 Juni untuk mengenang mereka yang meninggal dalam pembantaian Tiananmen tahun 1989.

“Karena satu dan lain hal, kita mungkin tidak dapat berbicara secara terbuka, tetapi kita tidak boleh melupakan sejarah,” bunyi pengumuman yang diunggah di situs Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Hong Kong.

“Mari kita mempersembahkan Misa suci yang memberi hidup agar Tuhan atas sejarah dapat memandang mereka yang meninggal dalam mengejar kebenaran,” tambahnya.

Pada pengumuman itu terdaftar tujuh gereja yang akan merayakan Misa bagi orang yang meninggal pada malam tanggal 4 Juni dan menyalakan lilin untuk mengenang mereka yang meninggal.




Uskup baru Hong Kong mengatakan minggu lalu bahwa dia akan berdoa bagi para korban serangan terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi tahun 1989, tetapi menambahkan bahwa itu akan tergantung pada hukum kota apakah dia boleh melakukannya secara publik.

Gereja Katolik di Hong Kong secara tradisional memainkan peran aktif dalam memperingati kekejaman Tiananmen di kota itu. Kegiatan semacam itu dilarang di Tiongkok, karena hal itu sangat sensitif.

Dalam sambutan publik pertamanya sejak dilantik, Uskup Hong Kong terpilih Stephen Chow mengatakan terdapat bermacam cara untuk memperingati 4 Juni, dan mengutip pengalamannya di masa lalu bahwa dia berpartisipasi dalam acara publik, namun pada waktu lain dia tidak dapat menghadiri acara tersebut.

“Saya berdoa, saya berdoa untuk Tiongkok, saya berdoa untuk semua orang yang telah meninggal pada tahun 1989, dari semua lapisan masyarakat. Apakah tahun ini memungkinkan (untuk melakukannya di depan umum) itu tergantung pada persyaratan hukum. “

- Newsletter -

Bekas koloni Inggris itu secara tradisional mengadakan acara-acara terbesar secara global setiap tahun, setelah dijanjikan kebebasan tertentu ketika dikembalikan ke pemerintahan Tiongkok pada tahun 1997, termasuk hak untuk berekspresi dan berkumpul.

Tahun lalu untuk pertama kali acara itu dilarang di Hong Kong yang merupakan pusat keuangan global, di mana polisi menerapkan pembatasan virus corona pada pertemuan kelompok. Protes tahun ini diperkirakan menghadapi nasib serupa.

Bagaimanapun, puluhan ribu orang menyalakan lilin di seluruh kota dalam peristiwa damai bulan Juni lalu, kecuali bentrokan singkat dengan polisi anti huru hara di satu lingkungan.

Peringatan tahun lalu sangat sensitif, tepat ketika Beijing hendak memperkenalkan undang-undang keamanan nasional yang luas, mengkriminalisasi apa pun yang dilihat Tiongkok sebagai subversi, pemisahan diri, terorisme, atau kolusi dengan kekuatan asing.

Tahun ini, acara tersebut tidak lama sebelum Beijing merayakan peringatan 100 tahun Partai Komunis pada 1 Juli.

Uskup Chow mengatakan Hong Kong, tempat pijakan Katolik yang kuat di tepi daratan Tiongkok di bawah pemerintahan resmi Partai Komunis yang ateis, bisa menyembuhkan perpecahan melalui dialog, karena “persatuan tidak sama dengan keseragaman.”

“Bagaimana kita bisa membawa kesembuhan? … Saya mendengarkan. Itu mendasar.”

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest