Paus Fransiskus tiba di Kerajaan Thailand sekitar tengah hari pada 20 November, dan sebagian besar orang Thailand kemungkinan akan bertanya-tanya tentang niat dari kunjungan pemimpin Gereja Katolik itu.
Pesawat Paus Fransiskus tiba di Terminal Udara Militer 2 di Bangkok.
Perwakilan keluarga kerajaan dan pemerintah Thailand bergabung dengan para pemimpin Gereja Katolik menyambut kedatangan paus.
Dia juga bertemu dengan sepupunya, Suster Ana Rosa yang telah tinggal di Thailand sejak 1960-an.

Dalam pernyataan sebelumnya, Paus mengatakan bahwa ia senang mengunjungi Thailand, tanah dari banyak etnis, budaya dan tradisi.
Dia menyatakan harapan bahwa kunjungannya akan menyoroti pentingnya dialog antar-agama di masyarakat Asia, membantu orang miskin dan mereka yang menderita, dan bekerja untuk perdamaian.
Thailand, negara berpenduduk 69 juta orang, memiliki 389.000 umat Katolik, yang dilayani oleh 835 imam, 1.461 biarawan dan biarawati, dan 1.901 katekis.
Monsinyur Andrew Vissanu Thanya-anan, koordinator umum kunjungan kepausan, mengatakan orang-orang Thailand kemungkinan bertanya mengapa Paus Fransiskus memilih untuk mengunjungi sebuah negara dengan sedikit umat Katolik.

Monsignor, yang juga wakil sekretaris jenderal konferensi para uskup Katolik di Thailand, mengatakan paus akan datang sebagai “peziarah untuk perdamaian.”
Monsinyur Vissanu Thanya-anan mengatakan Gereja Katolik ingin “menggarisbawahi bahwa paus datang untuk membangun jembatan untuk perdamaian dan pemahaman.”
Pada awal 1511 ketika umat Katolik pertama tiba dari Portugal, orang-orang Kristen telah menikmati kebebasan beribadah di kerajaan itu.
Monsinyur Vissanu Thanya-anan mengatakan orang-orang Thailand menanti-nanti untuk melihat Paus Fransiskus yang mereka anggap sebagai orang yang dekat dengan kaum muda dan seorang pria yang mencintai orang miskin.
“Semua orang senang dia datang,” kata Monsinyur Vissanu Thanya-anan. Dia mengatakan bahwa orang Thailand menghargai ensiklik Paus tentang lingkungan, ‘Laudato’ si.’
Uskup Filipina Roberto Mallari, kepala kantor komunikasi sosial dari Federasi Konferensi Waligereja Asia, menjuluki kunjungan Paus Fransiskus sebagai kunjungan yang “tepat waktu.”

Federasi para uskup tahun depan merayakan tahun yang ke-50.
“Kami berharap bahwa kunjungan ini akan menginspirasi kami untuk melihat dengan lebih baik bagaimana kami akan merayakan peringatan kami dengan baik dalam semangat dialog dengan orang-orang dari agama lain,” katanya kepada LICAS News.
Uskup Mallari, yang berada di Thailand untuk menyambut paus, mengatakan para pemimpin gereja di Asia berharap bahwa kunjungan itu “akan membantu kita memasuki dialog dengan budaya [Thailand] yang kaya.”
“Setiap kunjungan kepausan adalah unik, dan membawa rahmat yang secara khusus bermanfaat bagi tempat dan budaya tertentu,” kata uskup Filipina itu.

Paus Fransiskus adalah paus kedua yang mengunjungi negara itu, yang juga menandai peringatan 350 tahun pembentukan Vikariat Apostolik Siam.
Pada tahun 1984, Paus St. Yohanes Paulus II melakukan perjalanan ke negara itu, yang dikenal karena penghormatannya terhadap keragaman agama dan dialog antar-agama.