Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Manila batalkan Misa dan layanan gereja karena virus corona

Manila batalkan Misa dan layanan gereja karena virus corona

Tidak akan ada perayaan Misa secara umum di Manila selama tujuh hari ke depan, mulai Sabtu, 14 Maret, menyusul adanya laporan peningkatan jumlah orang yang terinfeksi  virus corona di ibukota Filipina itu.

“Saya membebaskan semua umat beriman dari kewajiban Misa Kudus hari Minggu ini,” kata Uskup Broderick Pabillo, administrator apostolik Keuskupan Agung Manila, dalam surat pastoral yang dikeluarkan baru-baru ini.

Prelatus itu mengatakan umat beriman dapat berpartisipasi dalam Misa melalui Radio Veritas yang dikelola gereja, TV Maria, dan siaran langsung perayaan di paroki.




Keuskupan Agung Manila akan mengevaluasi situasinya dalam waktu seminggu sebelum memutuskan kapan untuk memulai perayaan publik di keuskupn tertua di Asia itu dan menjadi rumah bagi jutaan umat Katolik.

Uskup Pabillo juga memerintahkan agar lonceng gereja dibunyikan dua kali sehari pada jam 12 siang dan jam 8 malam untuk mengundang orang untuk berdoa. Dia mengatakan doa harus disertai dengan tindakan penebusan dosa dan amal, dan mengingatkan orang-orang tentang masa Prapaskah.

“Hindari belanja karena panik,” kata uskup. “Kita  tidak boleh hanya memikirkan  kebutuhan kita sendiri, tetapi juga kebutuhan orang lain,” katanya.

Dia mendesak umat Katolik untuk “memikirkan kebutuhan orang lain, terutama orang miskin, yang paling rentan.”

- Newsletter -

“Perbuatan amal membuka perhatian dan hati kita kepada orang lain. Jangan biarkan ketakutan mengendalikan hidup kita, ”kata uskup itu.

Kebaktian Minggu ditiadakan selama sebulan

Dewan Gereja-gereja Injili Filipina juga mendesak para pemimpin gerejanya untuk membatalkan kebaktian hari Minggu selama sebulan.

“Ini bukan bukti kurangnya kepercayaan atau komitmen, tetapi ini adalah kehati-hatian dalam menghadapi fakta,” kata Uskup Noel Pantoja, direktur dewan nasional.

“Kita harus ingat bahwa kontaminasi virus memiliki efek besar baik secara pribadi maupun bersama,” tambahnya. Uskup Pantoja mengatakan ada cara lain untuk “pertemuan, konsultasi, ibadat, dan peneguhan” selain dari hadir secara fisik bersama.

Seorang wanita yang mengenakan masker menempelkan kepalanya di kaca sebuah mal di Manila, Filipina pada 10 Maret. Pihak berwenang telah melaporkan kasus baru COVID-19  di Filipina yang mendorong pemerintah untuk mengumumkan penguncian ibukota. (Foto oleh Basilio Sepe)

Alternatif-alternatif ini harus dieksplorasi dan digunakan untuk sementara, katanya, menambahkan bahwa gereja harus menjadi bagian dari solusi dan tidak menjadi masalah baru.

“Pemerintah kita, dengan sumber daya manusia, infrastruktur, dan keuangan yang minim, sudah kesulitan dalam mencegah penyebaran COVID-19 lebih lanjut,” kata Uskup Pantoja.

“Gereja harus berpartisipasi dalam upaya mulia ini,” katanya.

“Daripada bersikeras tentang apa yang dapat Tuhan lakukan untuk kita, kita harus berpikir bagaimana Tuhan dapat menggunakan kita untuk negara kita dan untuk orang lain,” katanya.

Manila dikunci

Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan penutupan (lockdown) darurat ibukota Filipina pada 12 Maret, setelah para pejabat kesehatan mengkonfirmasi tiga kematian akibat virus korona di negara itu.

Departemen Kesehatan mengumumkan bahwa jumlah kematian akibat virus sudah mencapai lima,  tiga diantaranya kejadian baru.

Negara berpenduduk 105 juta orang itu melaporkan kasus penularan virus local pertama pada akhir pekan. Setidaknya 52 kasus kini telah terdeteksi secara nasional.

Presiden melarang perjalanan domestik ke dan dari Manila, yang memiliki populasi sekitar 12 juta orang, mulai 15 Maret.




“Karantina masyarakat dengan ini diberlakukan di seluruh Metro Manila,” kata Duterte dalam siaran televisi nasional semalam.

“Kami tidak ingin menggunakan istilah lockdown, karena itu akan membuat Anda takut. Tapi ini memang lockdown, ” katanya. “Kita ikuti saja. Dibutuhkan sedikit kesabaran. Ini untuk kebaikan kalian sendiri.”

Dia mengatakan langkah-langkah tersebut, yang termasuk larangan pertemuan dalam jumlah banyak orang, diperlukan karena “ada krisis, tapi tidak ada solusi yang terlihat.”

Seorang pekerja kebersihan menyemprotkan disinfektan di sebuah kantor di ibukota Filipina, Manila, menyusul kenaikan jumlah orang yang terinfeksi virus corona. (Foto oleh Basilio Sepe)

Sekolah-sekolah di semua tingkat di ibukota diliburkan hingga 12 April.

Perjalanan darat, laut, udara ke dan dari Manila juga dibatasi hingga 14 April. Pergerakan barang tidak akan termasuk dalam pembatasan perjalanan.

Secara global, virus ini telah menewaskan lebih dari 4.700 dan menginfeksi lebih dari 127.000 orang, menurut  data Universitas Johns Hopkins.

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang disebut SARS-CoV-2, yang terkait dengan virus yang menyebabkan Sindrom Pernafasan Akut Parah, tetapi tidak mematikan, dengan tingkat kematian sekitar tiga persen.

Gereja tetap dibuka

Meskipun Misa tidak akan diadakan di Manila, gereja-gereja akan tetap dibuka “sehingga orang-orang dapat datang dan mencari penghiburan dalam doa dalam keheningan,” kata Uskup Pabillo.

Dia mengarahkan paroki-paroki untuk menempatkan pembersih tangan di pintu masuk dan membersihkan gereja secara teratur.




Keuskupan lain dan lembaga gereja di negara itu juga mengumumkan “langkah-langkah proaktif” untuk membantu meredam penyebaran penyakit.

Uskup Malolos Mgr Dennis Villarojo juga membebaskan umat Katolik dari kewajiban Misa Hari Minggu.

Dia mengatakan umat Katolik bisa mengikuti perayaan di televisi atau online.

Caritas Philippines, sebuah divisi aksi sosial dari konferensi para uskup Katolik, menunda semua kegiatan, termasuk konferensi dan konsultasi, hingga pertengahan April.
“Kami mengikuti saran dari konferensi para uskup untuk menunda atau membatalkan semua pertemuan yang melibatkan banyak orang,” kata Pastor Edwin Gariguez, sekretaris eksekutif sekretariat aksi sosial itu.

Akan tetapi dia meyakinkan bahwa kerangka kerja akan tetap untuk memfasilitasi program-program yang melibatkan “pelayanan bagi korban bencana di seluruh negeri.”

Tonyo Cruz dan Mark Saludes turut melaporkan

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest