Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Lockdown, perayaan liturgi di Filipina disiarkan secara online

Lockdown, perayaan liturgi di Filipina disiarkan secara online

Beberapa keuskupan di Filipina telah meniadakan perayaan Misa umum setelah pihak berwenang memerintahkan lockdown (penutupan akses) di Manila untuk mencegah penyebaran virus corona.

Pada 16 Maret, para uskup di ibu kota Filipina memperpanjang penangguhan Misa hingga 14 April setelah arahan dari pemerintah untuk menghentikan pertemuan besar.

Beberapa keuskupan sebelumnya menangguhkan Misa dari 14-20 Maret. Pemerintah sebelumnya telah mendeklarasikan karantina komunitas di Metro Manila dari 15 Maret hingga 14 April.




“Kami akan mematuhi arahan pemerintah,” bunyi pernyataan para uskup pada 16 Maret.

“Tidak akan ada perayaan Misa Kudus dengan jumlah besar umat dalam periode ini,” tambah pernyataan itu.

Perayaan liturgi selama Pekan Suci, yang akan dimulai pada 5 April, Minggu Palem, hingga Minggu Paskah, 11 April, tidak akan dibuka untuk umum.

Keuskupan Borongan di Filipina tengah mengimplementasikan protokol ‘social distancing’ dengan jarak satu meter selama misa di katedral Borongan pada 15 Maret. (Foto oleh Alren Beronio)

Tidak akan ada berkat daun palem, kunjungan ke gereja, renungan publik tentang Tujuh Kata Terakhir, prosesi Jumat Agung, atau ritual Paskah.

- Newsletter -

Para uskup sebaliknya mendorong umat Katolik untuk tinggal di rumah dan mengikuti kegiatan melalui televisi, radio, atau online.

Akan tetapi, para pemimpin gereja mengatakan bahwa mereka akan terus merayakan Ekaristi Kudus dan perayaan liturgi Pekan Suci meskipun tanpa kehadiran umat.

“Meskipun umat kita tidak dapat hadir secara fisik dalam perayaan Ekaristi, krisis ini memberi kita kesempatan untuk menyatukan diri kita satu sama lain dalam ikatan persekutuan spiritual melalui teknologi digital,” lanjut pernyataan uskup.

Mereka menyerukan pertobatan, doa, dan puasa pada hari Jumat selama masa Prapaskah – 20 dan 27 Maret serta 3 April – termasuk Jumat Agung, 10 April.

Para uskup juga menyerukan agar lonceng gereja dibunyikan pada pukul 12 siang dan 8 malam, pembacaan doa wajib dan doa Angelus pada pukul 12 siang, dan rosario keluarga di malam hari.

Menghadiri Misa online

Para uskup di negara itu mendesak umat Katolik untuk membuat pengalaman perayaan Misa online bermakna, seolah-olah mereka berada di dalam gereja.

Uskup San Carlos, Gerardo Alminaza, mengatakan keluarga dapat mendirikan altar kecil dengan salib di antara dua lilin yang menyala, di mana mereka dapat berkumpul untuk perayaan itu.

Dia mengatakan anggota keluarga dapat bergiliran menyampaikan doa dan intensi prribadi mereka sebelum Misa, atau sambil menunggu siaran langsung dimulai.

Pengumuman tentang penangguhan perayaan Misa publik dipasang di luar Katedral St. Michael di Kota Iligan di Filipina selatan. (Foto oleh Divina Suson)

“Seperti dalam Misa yang sebenarnya, mereka harus mengikuti secara penuh, sadar, dan aktif dengan mendengarkan, menanggapi, dan melakukan gerakan yang sama seperti mereka mengikuti Misa di gereja,” kata uskup itu.

Uskup Broderick Pabillo, administrator apostolik Manila, mengatakan umat Katolik harus membaca bacaan Misa sebelum perayaan.

“Saat Komuni, buatlah komuni spiritual dengan mengundang Yesus di hatimu. Setelah misa online, baca kembali Injil dan merenungkannya,” kata Uskup Pabillo.

Dia mengatakan umat beriman harus ingat “bahwa Anda sedang berdoa Ekaristi dengan banyak umat Katolik lainnya, tidak hanya di negara ini, tetapi di seluruh dunia.”




Uskup Ruperto Santos dari Balanga mendesak umat beriman agar menyingkirkan hal-hal yang menganggu selama perayaan, misalnya dengan mengesampingkan ponsel dan berpantang menonton  televisi.

Dia mengatakan pembatalan Misa di gereja-gereja dan pelaksanaan karantina komunitas adalah “kesempatan yang paling tepat untuk menerjemahkan Ekaristi Kudus ke dalam hidup kita.”

“Mari kita berbagi firman Tuhan dengan keluarga kita, berkomunikasi dengan hormat dan penuh kasih sayang. Berdoalah bersama,” katanya.

Dia mengatakan bahwa bahkan jika umat beriman tidak dapat menerima Tubuh Yesus secara fisik, “kita dapat menjadi roti hidup satu sama lain.”

“Memecahkan roti bersama orang lain, menjadi sesuatu yang dilestarikan, untuk mempromosikan dan meningkatkan kehidupan kita,” kata Uskup Santos.

Uskup Jose Colin Bagaforo dari Kidapawan mendorong umat Katolik untuk menempatkan seluruh anggota rumah tangga dalam “suasana doa” selama perayaan itu.

Uskup Roberto Mallari dari San Jose mendesak umat Katolik untuk berdoa rosario sebelum berpartisipasi dalam Misa online.

Uskup Tabuk Prudencio Andaya Jr. mengatakan bahwa masyarakat harus menyertakan mereka yang menderita dalam doa-doa mereka.

“Saat kita mempersembahkan diri kita kepada Ekaristi, mari kita berdoa bagi mereka yang sakit,” katanya.

Basilika Kecil Bunda Maria Rosario Manaoag di provinsi Pangasinan, yang dikunjungi ribuan peziarah setiap hari, tampak kosong pada hari Minggu, 15 Maret. (Foto oleh Jojo Rinoza)

Mengaku dosa tertulis

Di Keuskupan Kalibo di Filipina tengah, Uskup Jose Corazon Tala-oc mengumumkan bahwa ia telah mengizinkan pengakuan dosa secara tertulis selama Pekan Suci.

Keuskupan telah mengumumkan akan membatalkan pengakuan yang biasanya diadakan saat itu.

“Sebagai alternatif, kami akan menempatkan layar sehingga ada ruang yang aman antara imam dan umat yang mengaku,” kata para uskup.

“Jika tidak dapat ditampung, umat dapat menulis surat pengakuan dosa dan mengirimkannya ke paroki. Pastor akan menjadwalkan absolusi umum sebagai upacara pengampunan dosa,” katanya.

Dia mengatakan pengakuan melalui media sosial, seperti email atau pesan pribadi, tidak dianjurkan.

“Lebih baik menulis surat karena itu merupakan bentuk upaya dan pengorbanan sebagai bagian dari penebusan dosa,” kata Uskup Tala-oc.




Di Keuskupan Marbel, Uskup Cerilo Casicas juga memerintahkan pembekuan Misa.

“Umat beriman dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah dan mendengarkan Misa dan kegiatan rohani lainnya melalui radio, televisi, dan internet,” kata uskup itu.

Jika umat beriman memilih untuk pergi ke gereja atau kapel, uskup mengingatkan mereka untuk mematuhi “jarak sosial” dan protokol kesehatan yang direkomendasikan.

“Sekaranglah waktunya untuk menanggapi bersama sebagai Gereja dengan keseriusan yang lebih besar terhadap potensi kekacauan bahwa penularan virus yang lebih luas dapat merugikan umat kita,” kata uskup.

“Kami secara moral berkewajiban untuk bekerja sama dan mendukung semua tindakan pencegahan yang ditawarkan pejabat kesehatan dan pemerintah kepada kita untuk menjaga umat tetap aman dan sehat,” katanya.

Di Keuskupan Iligan, Uskup Jose Rapadas menangguhkan semua perayaan liturgi untuk waktu “tidak terbatas” mulai 15 Maret.

“Adalah kewajiban moral Gereja untuk bergabung dengan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus,” kata uskup.

Akan tetapi gereja katedral akan tetap terbuka untuk umat beriman yang ingin mengunjungi dan berdoa.

Bong Sarmiento, Divina Suson, Jun Aguirre, dan Mark Saludes turut melaporkan.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest