Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Terancam di Pakistan, gadis Katolik ini cari suaka di Inggris

Terancam di Pakistan, gadis Katolik ini cari suaka di Inggris

Remaja Katolik yang diculik dan dipaksa menikah dengan seorang pria Muslim di Pakistan saat ini tengah mencari suaka di Inggris dengan bantuan Aid to the Church in Need (ACN).

Lembaga bantuan Katolik internasional itu meminta Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk memberikan suaka kepada Maira Shahbaz, yang berusia 14 tahun ketika dia diculik dan dipaksa masuk Islam tahun lalu.

Shahbaz dilaporkan diperkosa kemudian dipaksa oleh Pengadilan Tinggi Lahore untuk menikah dengan salah satu penculiknya.




Menurut laporan situs berita Katolik Crux, Shahbaz adalah salah satu dari sekitar 1.000 gadis Kristen dan Hindu yang diculik, dipaksa untuk pindah agama dan menikah dengan penculik mereka di Pakistan setiap tahun.

Shahbaz berhasil melarikan diri dari para penculiknya, tetapi setelah menerima rententan ancaman pembunuhan, ia dan keluarganya terpaksa bersembunyi.

Minggu lalu ACN mengirim petisi yang ditandatangani oleh lebih dari 12.000 orang kepada Fiona Bruce, Utusan Khusus Perdana Menteri Inggris untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, untuk meminta suaka bagi Shahbaz.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah menyampaikan petisi, ACN mengutip pernyataan Bruce yang mengatakan bahwa situasi Shahbaz dan keluarganya “adalah situasi tragis dan dukungan diarahkan padanya.”

- Newsletter -

Petisi suaka tersebut diselenggarakan oleh ACN sebagai bagian dari kampanye “Rabu Merah” yang menyoroti persekusi agama di seluruh dunia.

Shahbaz berhasil melarikan diri dari penculiknya yang berusia 28 tahun yang telah diidentifikasi sebagai Mohamad Nakash.

Pada 28 April, Shahbaz diculik dibawah todongan senjata dan dipaksa menikah dengan Nakash di distrik Faisalabad di provinsi Punjab.

Nakash memperlihatkan surat nikah palsu, tertanggal 25 Oktober 2019, yang mengklaim bahwa gadis itu sudah berusia 19 tahun pada saat dugaan pernikahan dilakukan dan bahwa dia menyetujui untuk dipersatukan.

Pada 28 Juli, Pengadilan Distrik Faisalabad menolak klaim Nakash dan memerintahkan agar gadis itu dipindahkan dari rumah penculik itu.

Pengadilan juga memerintahkan agar Shahbaz berada di bawah perawatan rumah penampungan wanita Dar ul Aman.

Akan tetapi Pengadilan Tinggi Lahore membatalkan keputusan pengadilan distrik Faisalabad yang lebih rendah pada 4 Agustus dan memutuskan mendukung Nakash.

Pengadilan memutuskan bahwa gadis Kristen tersebut telah dengan sukarela masuk Islam dan menyetujui pernikahannya.

Hal ini menepis bukti yang mendukung klaim bahwa gadis itu masih di bawah umur. Itu juga tidak mengakui pernyataan para saksi.

Pengadilan tinggi memerintahkan Shahbaz untuk kembali ke penculiknya dan memerintahkan gadis itu untuk “menjadi istri yang baik.”

Open Doors International, sebuah organisasi hak asasi manusia Kristen, mencatat dalam sebuah laporan terbaru bahwa orang Kristen di Pakistan menghadapi penganiayaan ekstrim dalam setiap bidang kehidupan mereka. Orang-orang yang pindah dari Islam menghadapi tingkat penganiayaan terbesar, dan semua orang Kristen dianggap warga negara kelas dua.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest