Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Paus Fransiskus sampaikan simpati kepada korban banjir di India

Paus Fransiskus sampaikan simpati kepada korban banjir di India

Paus Fransiskus menyampaikan simpatinya kepada para korban banjir bandang di wilayah Himalaya, India, yang telah menyebabkan 171 orang hilang.

Kebanyakan dari mereka yang belum ditemukan sejak terjadi bencana 7 Februari di negara bagian Uttarakhand adalah pekerja di proyek pembangkit listrik tenaga air Tapovan Vishnugad dan di Bendungan Rishiganga, yang diterjang arus Sungai Dhauliganga.

“Saya mengungkapkan kedekatan saya dengan para korban bencana yang terjadi tiga hari lalu di utara India, yang disebabkan oleh gletser yang runtuh dan memicu banjir hebat yang menghancurkan lokasi konstruksi dua pembangkit listrik,” kata Paus Fransiskus saat audiensi umum di Perpustakaan Istana Apostolik Vatikan pada 10 Februari.




“Saya berdoa untuk para pekerja yang meninggal dan untuk keluarga mereka dan untuk semua yang terluka,” katanya.

Kepolisian negara bagian Uttarakhand melaporkan sejauh ini baru 33 mayat yang ditemukan.

Konferensi Waligereja India (CBCI) mengatakan Caritas akan memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak bencana.

Saat ini upaya penyelamatan difokuskan untuk menyelamatkan sekitar 35 pekerja yang terjebak di terowongan sepanjang 2,5 km yang terhubung dengan proyek Tapovan. Tapi lumpur dan air begitu deras sehingga tentara tidak bisa membuat banyak kemajuan dalam empat hari.

 Pemandangan umum di mana anggota Tanggap Bencana Nasional (NDRF) melakukan operasi penyelamatan, setelah banjir bandang melanda Tapovan di negara bagian Uttarakhand, India, 10 Februari. (Foto oleh Anushree Fadnavis/Reuters)
- Newsletter -

Setelah membersihkan lebih dari 100 meter lumpur, bebatuan, dan puing-puing, tim penyelamat pada 11 Februari mengirim kapal tanker air dan generator jauh ke dalam terowongan untuk membantu pengeboran.

Orang-orang itu mencoba mencari tanda-tanda kehidupan di terowongan dan ruangan lebih kecil yang bercabang dari lorong utama, kata para pejabat.

Anggota keluarga terus berdatangan di lokasi, tetapi lima hari setelah bencana, ada rasa frustrasi karena kurangnya kemajuan.

“Mereka tidak memberi tahu apa-apa ke kami,” kata Praveen Saini, yang keponakannya, Ajay Kumar Saini, terperangkap di terowongan.

Seorang anggota keluarga dari pekerja lainnya terus berharap bahwa saudaranya selamat setelah dia bisa menelepon ke ponselnya.

“Jika ponselnya aktif, mungkin dia selamat,” kata Jugal Kishore.

Banjir itu awalnya diduga akibat gletser yang pecah di gunung tertinggi kedua di negara itu, Nanda Devi, dan menabrak sungai. Namun belakangan beberapa ilmuwan mengatakan banjir itu kemungkinan besar disebabkan oleh longsoran salju.

Tambahan dari Reuters

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest