Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Nama uskup Tiongkok yang pernah dipenjara menjadi nama jalan penting di Budapest

Nama uskup Tiongkok yang pernah dipenjara menjadi nama jalan penting di Budapest

Jalan-jalan yang berganti nama itu akan berada di lokasi di mana Universitas Fudan Cina akan membuka kampus

Walikota Budapest mengumumkan bahwa ia akan mengganti nama jalan-jalan di dekat kampus di ibukota Hongaria yang direncanakan akan dibangun sebuah universitas Tiongkok sebagai pengingat atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh Beijing.

Satu jalan akan diberi nama sesuai nama mendiang Uskup Katolik Tiongkok Xie Shiguang yang dipenjara selama 28 tahun di penjara Tiongkok karena menolak untuk ketika diminta untuk tidak setia kepada paus di Roma.

Prelatus yang meninggal pada 2005 dalam usia 88 tahun itu pertama kali dipenjara dari tahun 1955 hingga 1956, kemudian dari tahun 1958 hingga 1980, dari Agustus 1984 hingga 1987, dan dari 1990 hingga 1992.

Uskup Xie merupakan uskup bawah tanah Mingdong di Keuskupan Fujian saat ia meninggal karena leukemia pada 25 Agustus 2005.

Ia ditahbiskan menjadi imam pada 3 Mei 1949, dan diangkat menjadi uskup pada 25 Januari 1984.

Pada bulan Oktober 1999, ia ‘diundang untuk ngobrol’ dengan perwakilan pemerintah, namun ternyata dibawa ke lokasi yang tidak diketahui.

Dua bulan kemudian ia dibebaskan, namun uskup itu terus diawasi hingga kematiannya.

Uskup Xie selalu menolak tuntutan pemerintah agar dia mendaftar secara resmi ke Asosiasi Patriotik, lembaga negara yang mengendalikan gereja-gereja di Tiongkok.

- Newsletter -

Dalai Lama, Martir Uighur, dan Hong Kong

Selain nama uskup, jalan-jalan lain akan dinamai Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet yang diasingkan, yang telah dicap Beijing sebagai separatis berbahaya.

Yang lain akan dinamai Jalan Martir Uighur setelah kelompok etnis mayoritas Muslim itu -yang disebut Washington dan ibu kota lainnya menjadi korban genosida Tiongkok- dan yang keempat akan disebut “Jalan Kemerdekaan Hong Kong.”

Tiongkok membantah tudingan menindas hak asasi manusia. Telepon ke divisi media di kedutaan Tiongkok untuk meminta komentar tidak dijawab.

Aktivis memegang bendera Tibet di marka jalan yang dinamai ‘Dalai Lama,’ dekat rencana lokasi kampus Universitas Fudan Cina, di Budapest, Hongaria, pada 2 Juni 2021. (Foto Reuters)

Jalan-jalan yang akan berganti nama akan bertemu di lokasi di mana Universitas Fudan Cina berencana akan membuka kampus yang menawarkan program magister dalam seni liberal, kedokteran, bisnis dan teknik bagi 6.000 mahasiswa dengan 500 tenaga pengajar.

“Proyek Fudan ini akan meragukan nilai-nilai yang menjadi komitmen Hungaria sejak 30 tahun lalu” saat jatuhnya Komunisme, kata Walikota Gergely Karacsony, seorang tokoh oposisi liberal yang berencana mencalonkan diri tahun depan untuk menggulingkan Viktor Orban, sayap kanan perdana menteri Hongaria.

Lawan Orban dari liberal menuduhnya bersekutu dengan Cina, Rusia dan pemerintahan tidak liberal lainnya, sementara membuat marah sekutu Eropa karena mengekang independensi peradilan dan media.

Universitas swasta terkemuka di Hongaria, Central European University, terpaksa memindahkan sebagian besar operasinya ke negara tetangga Austria pada tahun 2019 setelah pemerintah Orban memberlakukan perubahan hukum yang membahayakan statusnya, ditambah dengan kampanye kebencian publik yang dilancarkan terhadap pendirinya, George Soros.

Karacsony mengatakan kepada wartawan bahwa kampus universitas Cina itu akan dibebankan kepada pembayar pajak Hongaria hampir mencapai $2 miliar dan bertentangan dengan kesepakatan sebelumnya dengan pemerintah untuk membangun asrama dan fasilitas bagi mahasiswa Hongaria di wilayah itu.
Namun pemerintah Hongaria membela mati-matian proyek tersebut.

 “Kehadiran Universitas Fudan berarti akan memungkinkan kita untuk belajar dari yang terbaik di dunia,” kata Tamas Schanda, wakil menteri inovasi dan teknologi pekan lalu.

Menurut survei lembaga pemikir liberal Republikon Institute yang diterbitkan pada hari Selasa, 66% orang Hongaria menentang dan 27% mendukung gagasan pembangunan kampus itu.

“Fudan telah membawa topik hubungan dengan Cina menjadi diskusi politik yang hangat,” kata Tamas Matura, dosen di Universitas Corvinus dan pakar tentang Cina.

Orban telah mendapat kritik atas kesepakatan untuk merekonstruksi jalur kereta api Budapest-Belgrade dengan pinjaman dari Cina senilai $2,1 miliar, dan atas persetujuan jalur cepatnya atas vaksin virus corona Cina yang masih belum disetujui di UE.

Pemerintahnya mengatakan vaksin Cina telah membantu mempercepat program vaksinasis, dan pendanaan konstruksi jalan akan meningkatkan jaringan transportasi Hongaria. – Tambahan dari Reuters

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest