Polisi di kota Xiamen, Cina tenggara, menggerebek sebuah pertemuan gereja Protestan pada akhir pekan dan menahan setidaknya sembilan orang.
Sebuah laporan dari Radio Free Asia mengatakan ratusan polisi keamanan negara dan pejabat dari departemen urusan agama Xiamen menggerebek sebuah pertemuan tidak resmi Gereja Xingguang pada hari Minggu, 3 Mei.
“Polisi keamanan negara datang menggedor pintu, kemudian mereka menendangnnya hingga rusak dan menyeret mereka keluar,” kata Pastor Yang Xibo seperti dilansir RFA.
Yang mengatakan pertemuan itu diadakan di kediaman pribadi dan polisi datang tanpa surat perintah.
Seorang anggota gereja, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan tindakan pihak berwenang untuk masuk ke tempat tinggal pribadi dan menahan orang melanggar hukum.
Yang mengatakan serangan itu kemungkinan besar karena gereja itu menolak untuk bergabung dengan Three-Self Patriotic Association, sebuah badan yang berpihak pada negara yang bertanggung jawab atas umat Kristen Protestan di Cina.
Sebuah video yang dibagikan oleh Yang menunjukkan polisi menekan kepala para anggota gereja ke tanah, sementara yang lain memerintahkan tetangga untuk berhenti memfilmkan insiden itu.
Penggerekan itu terjadi di tengah penumpasan secara nasional terhadap ibadah keagamaan.
RFA mencatat bahwa pemerintahan Presiden Xi Jinping telah berulang kali memperingatkan adanya “penyusupan kekuatan Barat” dalam bentuk agama.
Dalam sebuah pernyataan, International Christian Concern (ICC) yang berbasis di AS mengatakan, Cina melanjutkan tindakan keras terhadap kelompok-kelompok Kristen setelah ancaman pandemi virus corona mulai menurun.
“Kami telah melihat peningkatan jumlah pembongkaran gereja dan pencabutan salib pada gereja-gereja di seluruh Cina,” kata Gina Goh, manajer regional ICC untuk Asia Tenggara.
“Sangat disesalkan bahwa pihak berwenang setempat tidak hanya melakukan serangan tanpa prosedur yang tepat, tetapi juga menggunakan kekuatan berlebihan terhadap anggota gereja dan orang di sekitarnya,” katanya.
China adalah rumah bagi sekitar 68 juta orang Protestan, di antaranya 23 juta orang beribadah di gereja-gereja yang berafiliasi dengan negara, dan ada sekitar sembilan juta orang Katolik, 5,7 juta di antaranya berada dalam organisasi yang didukung negara.
Lihat video insiden tersebut di bawah ini.