Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Kardinal Zen pulang dari Vatikan dengan tangan kosong

Kardinal Zen pulang dari Vatikan dengan tangan kosong

Kardinal Joseph Zen Ze-kiun dari Hong Kong pulang dari kunjungan empat hari ke Roma tidak membawa apa-apa selain harapan bahwa Takhta Suci akan mengatasi masalah yang dihadapi oleh Gereja di Tiongkok.

Uskup emeritus Hong Kong yang berusia 88 tahun itu terbang ke Vatikan bulan ini menjelang pembaruan perjanjian kontroversial antara Takhta Suci dan Beijing.

Kardinal Zen, uskup Hong Kong dari 2002 hingga pensiun pada 2009, ingin bertemu Paus Fransiskus secara pribadi untuk memberikan sepucuk surat meminta seorang uskup baru untuk Hong Kong.




Takhta Hong Kong telah kosong sejak kematian Uskup Michael Yeung pada 2019 dan Kardinal John Tong bertindak sebagai administrator apostolik keuskupan.

Kardinal Zen mengatakan penunjukan uskup baru akan memainkan peranan penting dalam hubungan Vatikan dengan Hong Kong.

“Saya berharap [paus] mengingat semua [pernyataannya] dan benar-benar memberi kami uskup yang baik dan tidak terlalu mementingkan aspek politik dari masalah tersebut,” kata Kardinal Zen kepada EWTN News Nightly.

Dia ingat bahwa pada awal masa kepausan Paus Fransiskus, ia memberikan banyak rekomendasi seperti apa seorang uskup yang baik.

- Newsletter -

Akan tetapi kardinal itu tidak berhasil bertemu dengan paus.

Dalam beberapa wawancara media, Kardinal Zen mengungkapkan keprihatinannya atas kemungkinan pengangkatan Monsinyur Peter Choi sebagai uskup Hong Kong berikutnya.

Dia mengatakan Monsinyur Choi, jika diangkat sebagai uskup, “akan menjadi malapetaka bagi Gereja di Hong Kong.”

“Ini akan menjadi bencana selama beberapa dekade yang akan datang,” katanya dan menambahkan bahwa monsinyur Choi dianggap sebagai pilihan Beijing.

Kardinal Zen memperingatkan bahwa penunjukan Monsinyur Choi akan menimbulkan reaksi negatif dari umat beriman dan dapat menciptakan perpecahan di Gereja Hong Kong.

“Niat baik saja tidak cukup. Anda harus mengerti bagaimana keadaan di sini, Anda harus tahu seperti apa komunis itu, ”kata prelatus itu.

Uskup Auksilier Hong Kong Joseph Ha Chi-shing berada di urutan teratas daftar kandidat, tetapi uskup tersebut dipandang simpatik terhadap gerakan demokrasi.

Kardinal Zen meminta Paus Fransiskus dan Kardinal Luis Antonio Tagle, prefek Propaganda Fide, untuk mengesampingkan “kemungkinan pertimbangan politik” dalam pengangkatan seorang uskup baru.

Kantor Kardinal Tagle seharusnya memberikan rekomendasi kepada paus tentang pengangkatan uskup.

“Saya kira orang-orang di Hong Kong pantas mendapatkan uskup yang baik,” kata Kardinal Zen.

Kardinal itu juga menyatakan keprihatinannya atas pedoman pastoral yang dikeluarkan oleh Vatikan tahun lalu yang mewajibkan anggota klerus untuk mendaftar di bawah Asosiasi Patriotik Katolik Cina yang direstui negara.

Kardinal Zen mengatakan pedoman tersebut sangat mengkhawatirkan karena Vatikan tampaknya mendorong umat beriman untuk bergabung dengan asosiasi tersebut, yang telah digambarkan sebagai “Gereja skismatis.”

Kardinal tersebut mengatakan dia menulis surat kepada para pemimpin gereja lainnya tetapi “tidak mendapat banyak tanggapan.”

“Saya pikir itu mengerikan karena [Gereja] bawah tanah telah bertahun-tahun menderita begitu banyak hal, hanya untuk setia kepada Gereja Katolik. Tapi sekarang mereka diajak untuk menyerah. Itu mengerikan, “kata prelatus itu.

Pada Juli 2019, Kardinal Zen mengedarkan seperangkat “dubia,” atau pertanyaan, kepada para kardinal lain yang berisi penilaiannya atas pedoman pastoral itu dan masalah yang bisa timbul.

Dalam sebuah tulisan blog pada Maret tahun ini, prelatus itu mengatakan pedoman itu “tidak bermoral dan bertentangan dengan hati nurani Katolik.”

Dia juga memperingatkan bahaya kesepakatan Vatikan dengan Tiongkok yang dia sebut melegitimasi “gagasan palsu” bahwa ada Gereja Katolik Cina independen yang tidak berada di bawah naungan Tahta Suci.

Prelatus itu mengatakan desakannya kepada Paus Fransiskus bertujuan untuk menyelamatkan seluruh Gereja dari tragedi yang membayangi.

“Gagasan untuk mencapai kesepakatan dengan Beijing itu gila,” kata Kardinal Zen. “Ini seperti mencoba membuat perjanjian dengan iblis. Tidak ada alasan untuk berdialog apapun argumennya, ”ujar Kardinal Zen.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest