Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Features (Bahasa) Umat Katolik donasikan rambut bagi penderita kanker di India

Umat Katolik donasikan rambut bagi penderita kanker di India

Dua tahun lalu, umat Katolik di negara bagian Kerala, India selatan, mendirikan ‘bank rambut’ untuk membantu membuat rambut palsu (wig) bagi penderita kanker yang kehilangan rambut karena pengobatan.

Proyek tersebut yang diberi nama ‘Sahrudaya’ yang berarti kecantikan telah membantu ratusan penderita kanker yang tidak mampu membayar biaya rambut palsu yang harganya mahal.

Sahrudaya dijalankan oleh Keuskupan Agung Ernakulam-Angamaly bekerja sama dengan Caritas India yang juga menjalankan kampanye perawatan kanker dengan memberi perawatan gratis bagi pasien kanker dari latar belakang ekonomi rendah di negara bagian tersebut.




Seema Biswas adalah salah satu dari penderita kanker yang mendapat rambut palsu dari Sahrudaya. Tiga tahun lalu, ia didiagnosis menderita kanker paru-paru dan harus menjalani kemoterapi selama sekitar satu tahun. Selama pengobatan itu Seeema kehilangan nafsu makan dan rambut, yang membuatnya semakin tertekan dan cemas.

“Saya tidak lagi menemukan sesuatu yang indah dalam hidup saya dan saya habiskan waktu berjam-jam di kamar yang gelap. Selama berbulan-bulan, saya tidak melihat diri saya di cermin. Kanker tidak lagi menakutkanku. Gengsi dan kemuliaan seorang wanita adalah rambutnya. Kalau hilang, semuanya hilang,” kata Seema.

Suaminya, Mangat Biswas adalah seorang pedagang sayur dan penghasilannya terlalu sedikit untuk menutupi biaya pengobatan Seema. Dia menjalani perawatan di Perawatan Kanker Ashakiranam yang dikelola Caritas India, yang  bulan Agustus lalu juga memberinya rambut palsu dari proyek Sahrudaya.

“Saya sangat ingin membeli wig di pasaran, tapi harganya terlalu mahal untuk saya. Sekarang aku punya satu, dan percayalah, seseorang telah mengembalikan hidupku. Saya sembuh dari penyakit dan saya berdoa kepada Tuhan agar saya bisa mendapatkan rambut saya kembali,” kata Seema kepada LiCAS.news.

Jessy Singh juga mengalami cobaan serupa. Tahun lalu, wanita berusia 41 tahun itu masih bekerja di sebuah supermarket hingga terdiagnosis menderita kanker perut. Selama tiga bulan pertama menjalani perawatan, rambutnya mulai rontok dan depresi pun mulai muncul.

- Newsletter -

“Dulu rambut saya lebih disayangi daripada hidup saya. Kehilangan rambut artinya kehilangan seluruh keberadaan saya, hidup saya dan emosi saya,” kata Jessy.

“Dulu saya biasanya minum dua tablet anti depresi agar bisa tidur dan banyak lagi untuk menghindari serangan panik. Saya lupa saya menderita kanker. Seluruh kekhawatiran saya adalah rambut saya yang menghilang,” katanya.

“Sangat mengerikan membayangkan bepergian di pasar atau bersosialisasi dengan teman-teman. Saya takut semua orang di sekitar saya akan melihat kebotakan saya,” katanya.

Sepupunya menyarankan kepada Jessy agar dia mencari bantuan dari Sahrudaya.

“Saya mendaftar dan memberikan informasi lengkap tentang penghasilan saya. Saya segera diberikan wig dan saya mulai mendapatkan kembali ketenangan mental saya setelah memakainya,” kata Jessy.

Jessy sekarang telah menyelesaikan kemoterapi dan dia mengatakan kesehatannya membaik. Ia mengatakan bahwa rambut palsu itu telah membantu menghilangkan kecemasan terkait kerontokan rambutnya dan dia tidak lagi membutuhkan antidepresan.

“Sekarang segalanya berubah,” tambah Jessy.

Direktur Caritas India Pastor Justin Moonjely mengatakan bahwa jumlah orang yang telah menyumbangkan rambutnya untuk proyek tersebut mencapai sekitar 500 orang.

Salah satunya adalah Diya yang berusia 13 tahun yang didorong oleh orang tuanya setelah ia mengutarakan  keinginannya untuk membantu penderita kanker.

“Saya terlalu muda untuk mendonorkan darah saya, tapi ini adalah sesuatu yang bisa saya berikan, dan saya senang melakukannya,” kata Diya.

Pastor Justin mengatakan sangat menginspirasi menyaksikan banyak orang, terutama yang muda, memikirkan orang lain dan menyumbangkan rambut mereka untuk proyek tersebut.

“Harga rambut palsu mencapai sekitar 15.000 rupee (US$ 200), menjadi beban tambahan bagi pasien kanker karena masalah keuangan mereka,” kata Pastor Justin. “Proyek ini sangat unik yang sangat membantu dalam membuat kehidupan pasien kanker menjadi lebih baik,” kata imam itu.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest